“Kenapa kau membunuhnya?” aku berbisik, yakin bahwa suaraku tidak terdengar oleh siapapun.
“aaa... apa?” dia tergertak “aaa... aku?”
“sarin?” kataku, membuat Rama tersentak. Dia mencoba berkata tapi aku lebih cepat “beruntung tidak ada Dewi saat itu...”
“Dia sedang diluar kota” jawab Rama memotongku
“Romeo mengatakannya sebelum menenggak kopiku, dia tewas bukan karena sianida....” Rama terperangah, dia menatapku lekat, kemudian tertunduk lagi “aku yang harusnya mati oleh sianida itu, bukan Romeo”
“kenapa tidak kau bongkar kebenarannya kalau begitu?” Rama terkekeh
“Membiarkanmu tetap hidup, karena aku memang menginginkan kematian” kataku lagi
“jangan...” Rama memohon “aku mencintaimu...” katanya lagi, kali ini setetes air berlinang dari matanya.
“Dan mencintai Dewi?” kataku mengejek
“Tapi kau dan Dewi justru mencintai Romeo” katanya dengan amarah, tidak ada petugas lagi saat itu sehingga tidak ada yang mendengar perkataannya.
“pergilah...” kau takkan pernah bersentuhan dengan hukum, aku janji.