Ketika aku berada di tempat orang yang kekurangan dalam perekonomian, aku melihat Tuhan dalam setiap aktivitas kehidupan.
Ia menolong walaupun tidak berpengalaman. Ia memberi walaupun berkekurangan. Ia tidak memegahkan diri karena tidak ada yang dapat di bagakan.
Sedangkan aku ini hidup mengembara yang tidak punya arti. Ingin menolong tetapi di sakiti, padahal waktu itu aku masih bisa memberi.
Sekarang aku tidak bisa memberi-orang yang seharusnya aku beri. Ia yang seharusnya di beri malah memberi aku yang seharusnya memberi.
Betapa hinanya hidup ku ini, oh sahabatku yang belum ku kenali. Apakah engkau akan ikut menyakiti? Apakah engkau akan ikut memberi?
Inilah hidupku, yang kuberikan kepadamu, oh sahabatku. Engkau melihat kisah hidupku yang selalu disakiti. Engkau melihat kisah hidupku yang selalu diberi.
Terkadang hidup ini meresa malu karena di beri. Di beri oleh orang berkekurangan, betapa miskinnya diriku ini.
Kiranya di kemudian hari hidupku ini lebih layak lagi. Dapat memberi kepada orang yang seharusnya diberi. Dapat mengampuni orang yang seharusnya di am-pu-ni.
Sahabatku yang belum kukenal, Salam hangat dari sahabat baru mu ini.
Junio Richson Sirait
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H