Kita disibukkan dengan tupoksi kita. Lalu kapan punya waktu untuk menulis bila menunggu waktu luang? Bisa jadi gak nulis-nulis dong. Kalau soal pekerjaan, beliau juga sebagai seorang  kepala sekolah sangat sibuk dengan segudang pekerjaan.
Jangan mencari waktu luang, tetapi ciptakan waktu luang. Bisa sebelum  tidur atau sesudah  bangun di pagi hari. Ternyata gak sulit  menginvestasikan sedikit waktu untuk impian kita.
Beliau menulis kadang  1 jam sebelum tidur, biasanya antara jam 10 sampai jam 11 malam. Atau 1 jam selepas shalat subuh. Yang penting paling tidak,  1 jam sehari saya harus nulis.
Ketiga, tetapkan target.Â
Target ini adalah trik paling jitu  untuk membunuh rasa malas.
Ketika suntuk, justru dengan menulis beliau menyalurkan rasa suntuk itu. Dengan menulis puisi atau pentigraf, itu beliau rasa menjadi hiburan, menjadikan mumet menjadi plong.
Seperti disampaikan di atas, target beliau harus nulis 2 buku. Ternyata di perjalanan target-target lain muncul. Misalnya mengikuti lomba menulis di blog menjadi buku dalam 28 hari.
Dalam prosesnya, ternyata tantangan yang datang dari luar lebih memacu diri untuk terus konsisten menulis. Â Namun karena target diri untuk kenaikan pangkat juga harus tercapai maka setiap hari lebih banyak lagi porsi waktu yang beliau tambahkan.
Nikmati saja, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui
Keempat, perbanyak membaca.Â
Banyak manfaat didapat dari membaca