Mohon tunggu...
Juniffer Cristin
Juniffer Cristin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Hallo :) Selamat Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Culture Jamming, Candaan atau Sindiran?

30 Maret 2021   01:00 Diperbarui: 30 Maret 2021   01:31 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring dengan berkembangnya teknologi, kehidupan manusia pun ikut berubah dan berkembang menyesuaikan keadaan. Postmodernisme merupakan sebuah paham yang telah membentuk kembali komunikasi manusia sejak kemunculannya pada 1960an. Menangkap pandangan dunia melalui kenyataan, pengetahuan, dan nilai-nilai. Postmodernisme memiliki projek untuk menjadi jembatan atau lebih fokus kepada keindahan seni, ekonomi dan wacana teoritis yang dibangun di atas kritik terhadap modernisme, terjadi kritik oleh postmodernisme terhadap modernisme di mana Postmodernisme menantang klaim kebenaran modernis dengan menyingkap inkonsistensi klaim tersebut. Klaim modernisme yang menjanjikan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat, justru mengakibatkan masalah baru di masyarakat, untuk itu Postmodernisme ini lahir untuk memperbaikinya. Postmodernisme dikenal dengan sifatnya yang borderless, selain itu juga identik dengan adanya komersialisasi, misalnya seni seperti lukisan dan lain-lain, kini dibuat dengan tujuan mengambil keuntungan. Dalam Postmodernisme ini lebih melihat perkembangan masyarakat kearah ekonomi dibanding hal lainnya. Dalam Postmodernisme juga tidak ada batasan jelas yang terlihat, antara High Culture dan low Culture sudah tidak ada lagi gap yang terlihat jelas. Karena tidak adanya batasan yang jelas ini, munculah banyak ide-ide baru dalam paham postmodernisme ini, entah itu sebagai bentuk kritik atau dukungan, salah satu nya yaitu Cultur Jamming. 

Menurut Stuart Ewen Culture Jamming merupakan sebuah serangan pada kekuatan yang mendominasi public dimana dalam penerapannya, mereka menyerang kaum penguasa dengan gambar dan tanda yang memanipulasi makna dan menyesatkan public. Biasanya kritik yang dilakukan terhadap hal-hal yang bersifat komersil, karena ditujukkan kepada banyak orang, padahal sebenarnya juga merugikan masyarakat. Culture jamming bisa dikatakan adalah sebuah bentuk tindakan protes atau usaha perlawanan sosial, terhadap budaya populer yang dianggap menyimpang, melalui seni ataupun iklan. Kalau teman-teman pernah melihat meme yang mengkritik pemerintah, itulah salah satu bentuk dari Cultur Jamming. Culture Jamming bisa dilihat seperti bentuk parodi dari suatu produk tertentu, ada juga yang langsung merusak visual asli dari produk tersebut.

Kita ambil satu contoh Culture Jamming yang cukup terkenal di media sosial

Di Gambar ini kelihatan bagaimana nama brand pesawat komersial Lion Air di plesetkan menjadi Delayion Air. dengan tagline "We Make People Delay" yang artinya mereka membuat para penumpang menunggu. Meme ini dibuat karena adanya bentuk sindiran kepada pihak maskapai penerbangan  Lion air yang selalu mendelay jadwal penerbangannya. Bukan cuma sekali duakali, Sangat jarang pesawat yang satu ini terbang tepat waktu sesuai dengan jadwal yang sudah ada sebelumnya. Tak jarang delay sampai memakan waktu belasan jam. Saya sebagai salah satu pengguna Maskapai ini pun sering sekali menjadi korban delay pesawat Lion Air, dan karena sangking seringnya hal itu terjadi, saya sudah mempersiapkan diri dengan membawa bekal yang cukup saat ingin melakukan perjalanan menggunakan maskapai penerbangan satu ini. Untuk itu Meme ini dibuat, bukan semata-mata hanya untuk lucu-lucuan, tetapi ada kritik yang terkandung di dalamnya, yaitu kritik terhadap adanya budaya konsumerisme, kapitalisme, dan politik. 

Dengan pembuatan Meme ini diharapkan agar pihak yang di kritik, yaitu Lion Air. Dapat merubah permasalahan yang terus terjadi ini, bukan hanya dengan mementingkan keuntungan semata tetapi juga kesejahteraan masyarakat. Seperti ada perkataan "Waktu adalah Emas" setiap detik itu berharga, maka dari itu waktu tidak boleh disia-siakan hanya untuk menunggu pesawat delay yang tidak pasti sampai kapan. 

Daftar Pustaka:

Dery, Mark. Culture Jamming: Activism and The Art of Cultural Resistance. 2017, New York. New York University Press

Foss, K.A. & Littlejohn, S. W. (2009). Encyclopedia of Communication Theory. UK: Sage Publication.

Setiawan, J. (2018). Pemikiran Postmodernisme dan Pandangannya terhadap Ilmu Pengetahuan, Jurnal diakses dari UGM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun