Dalam sebuah keluarga, harus ada cinta. Tugas dan tanggung jawab dibagi dan dikerjakan bersama. Susah senang, suka duka, bahagia menderita, nikmati bersama.
Sebelum masuk dalam bahtera perkawinan, calon suami dan istri sudah seharusnya membicarakan apa kewajiban dan hak masing-masing. Â Jangan sampai ketika janji nikah terucap, hidup berkeluarga dijalani, lantas masalah demi masalah menghampiri, tidak punya solusi.
Idealnya suami akan mencari nafkah dan mencukupi kebutuhan keluarga, sementara istri berkewajiban melayani suami dan mengurus rumah tangga.Â
Bagaimana dengan anak-anak? Siapa yang berkewajiban mengurusnya? Apakah istri karena lebih banyak waktunya di rumah? Bagaimana kalau istri juga bekerja di luar rumah jadi wanita karir? Apakah suami yang harus mengurus anak karena kedudukannya yang dianggap harus lebih dihormati?
Anak-anak hadir dalam keluarga karena adanya cinta orang tua mereka. Bikinnya berdua, ayah dan ibu, papa dan mama, papi dan mami, atau apapun sebutannya. Jadi kewajiban mengurus anak-anak pun juga harus bersama. Tidak ada suami yang lebih berkuasa di rumah atau sebaliknya. Bagaimana pun mereka butuh cinta dan kasih sayang yang seimbang.Â
Bagaimana dengan tugas memasak, mencuci piring, menyapu, mengepel lantai, laundry, dan menyetrika pakaian? Sebaiknya diskusikan. Jika memiliki dana lebih, merekrut asisten rumah tangga bisa jadi solusi. Tapi jika tidak, suami dan istri harus kompromi.Â
Zaman sekarang, banyak suami istri yang sama-sama bekerja, saat sore sepulang dari kantor berbagi tugas dengan pasangannya. Suami memasak karena punya keahlian menyajikan makanan dibanding istrinya. Sementara istri mengurus laundry, agar esok hari baju berganti. Atau saat genteng bocor, suami naik ke atas rumah memperbaiki, sementara istri sanggup mengganti lampu yang putus sekringnya.Â
Intinya, berbagi dalam cinta dan kasih sayang tidak akan rugi. Ingat pepatah yang berkata:Â
Ke bukit sama didaki, ke lurah sama dituruni.
Dalam konteks keluarga, maksudnya persahabatan suami istri haruslah intim dan karib.Â
Bagaimana jika terlanjur salah komunikasi? Tidak punya cara yang tepat untuk berdiskusi dan menyelesaikan masalah antarpribadi?Â
Apakah perceraian jadi jawaban? Dengan mudahnya berkata lebih baik hidup masing-masing saja, dan sama-sama tak mau mengalah.
Oh, big no no!
Tidak ada satu pun agama yang mengajarkan perpisahan dan perceraian. Coba tanyakan pada diri sendiri dan koreksi hati masing-masing, seberapa besar keinginan untuk memperbaiki hubungan?
Kalau memang perlu bantuan, adakah pihak "netral" bisa dimintai pendapat dan saran dalam dunia perkawinan? Tapi kalau dirasa masih bisa diselamatkan berdua, mungkin Sembilan Buah Roh ini bisa direnungkan maknanya dan segera praktikkan!Â
1. Kasih
Yakinlah, sepasang suami istri yang normal pasti punya cinta kasih di setiap awal perkawinannya.
2. Sukacita
Yakinlah, hati yang gembira adalah obat yang ampuh. Cari sebanyak mungkin sukacita dalam rumah tanggamu.
3. Damai sejahtera
Yakinlah, mengalah bukan berarti kalah. Berdamai dulu dengan diri sendiri, maka sejahtera menyertai keluargamu.
4. Kesabaran
Memang kesabaran manusia ada batasnya, maka mintalah kesabaran milik Allah dan yakinlah, akan ada upah bagi yang terus berusaha.
5. Kemurahan
Yakinlah, hidup berkeluarga sejatinya saling mengisi dan memberi. Kemurahan mencerminkan rasa bersedia ikut mengalami apa yang pasangan rasakan.
6. Kebaikan
Yakinlah, kamu orang baik. Tunjukkan kebaikan hatimu lewat perbuatanmu untuk keluarga.
7. Kesetiaan
Yakinlah, tak peduli berapa kali keluarga kita jatuh, tapi kesetiaan yang kita miliki merupakan kekuatan agar kita bisa bangkit lagi.
8. Kelemahlembutan
Yakinlah, kita pasti ingin diperlakukan lemah lembut dan istimewa. Maka praktikkan Kelemahlembutan hatimu lebih dulu pada orang di sekelilingmu.Â
9. Penguasaan diri
Yakinlah, marah tak akan menyelesaikan masalah dan orang yang memiliki penguasaan diri adalah pemenang sejati.
Keluarga adalah tempatnya berbagi cinta, pupuk dan sirami setiap hari, biarkan ia berbunga dengan indah dan berbuah pada waktunya. (Juni Elen Pakpahan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H