Perutku keroncongan, sementara pekerjaanku belum kelar. Waktu menunjukkan pukul lima sore dan aku masih di ruanganku. Biasanya jam segini teman-temanku sudah duluan pulang, sementara aku masih di belakang meja merapikan koreksian hasil ujian Bahasa Indonesia anak-anak kelas lima dan enam.Â
Tiba-tiba aku kangen makan bakmie. Membayangkan bakmie hangat agak pedas, lengkap dengan pangsit dan taburan bawang goreng yang sangat menggoda. Nanti mampir ah, tapi beli di mana, ya?
Aku teringat kejadian sekitar tiga tahun lalu sebelum pandemi. Aku dan teman-temanku, pergi kulineran di Pasar Delapan Alam Sutera. Di sana ada banyak pilihan makanan yang bisa dipilih sesuai selera. Ada satu tempat penjual bakmie yang kelihatannya cukup menarik. Tempatnya cukup lega, Koko dan Cici penjual bakmie juga terlihat ramah.
Saat kami datang, ada beberapa pengunjung yang sedang makan di sana. Kami pun disambut dan disodori kertas menu, ada bakmie halus, bakmie lebar, dan bakmie keriting. Pilihan rasanya ada dua, bakmie manis dan asin. Aku dan dua temanku memutuskan memilih menu bakmie keriting, pilihan yamin asin dengan campuran daging ayam.
Melihat tampilannya saat disuguhkan, terlihat sangat menarik dalam porsi yang cukup besar. Harga per mangkuknya saat itu 34 ribu rupiah. Bisa dibayangkan kan, porsinya sebesar apa? Harus bisa, hehehe......Â
Sayangnya, saat makan, tiba-tiba salah satu temanku kaget melihat ada kecoa kecil di dalam bakmienya. Sontak kami pun berhenti makan. Cici penjual bakmi mendekati kami, mengambil mangkok bakmie dari depan temanku dan segera menyiapkan bakmie keriting pengganti. Raut muka temanku terlihat kecewa, "Kok bisa ya?" katanya.
Setelah disuguhkan mangkok ke-2, temanku mengaduk bakminya berharap tidak terjadi hal serupa. Tapi sungguh disayangkan ternyata ada lagi binatang kecil seperti kecoa juga. Kali ini temanku sedikit teriak mengekspresikan kekecewaannya. "Ah, jijik aku! Aku nggak mau lagi makan."
Koko dan Cici penjual bakmi berulang-ulang menyampaikan maafnya. Mereka juga mungkin tidak menyadari bagaimana binatang itu bisa ada di dalam makanan yg mereka suguhkan.
 Apakah dari bakmienya sebelum direbus?
Padahal sepenglihatanku mie yg belum direbus sudah dibungkus dalam plastik kecil-kecil.
 Apa dari sayuran hijaunya?
Bisa jadi kurang bersih saat mencuci dan memotongnya sebelum dicampurkan dalam mangkuk.
 Atau dari bawang goreng?
Mungkin juga, soalnya bentuk kecoa di mangkuk pertama dan binatang kecil di mangkuk ke-2 bentuk dan warnanya tersamarkan mirip bawang goreng.
(Bisa jadi termakan, kalau temanku tadi tidak teliti)Â
Saat itu aku berdoa, ya... Tuhan, berkati Koko dan Cici penjual bakmie, semoga kejadian yang sama tidak terulang kembali.
Cerita ini aku tulis ulang buat pelajaran. Di lain kesempatan kita lebih peduli dan teliti pada makanan yang kita makan.
Yuk, lebih teliti saat makan bakmie. Cuma bakmie doang? Ya nggak-lah... teliti saat makan makanan yang lain juga.
Periksa kebersihannya, tanggal kedaluwarsanya, dan jangan lupa cek uang jajannya. Jangan lebih besar pasak daripada tiang.
Nanti aku beli bakmienya di tempat lain aja, ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H