Mohon tunggu...
Usama Juniansyah Fauzi
Usama Juniansyah Fauzi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Berpikir dan bertindak global sebagai bagian dari warga dunia...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Diaspora Indonesia sebaiknya kembali atau tidak?

13 Desember 2012   03:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:45 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya adalah salah satu diaspora Indonesia. Banyak dari kami, diaspora, kembali ke tanah air, dan banyak pula yang tidak kembali. Khusus para PNS dan dosen yang sudah memiliki ikatan dinas jelas hampir semuanya pulang, walau ada beberapa juga yang saya dengar tidak kembali.

Bagi yang tidak memiliki tempat untuk kembali, biasanya bingung antara mau
kembali atau tidak. Khususnya yang sudah kuliah dari S1 ataupun yang sudah berada di luar lebih dari 4 tahun. Apalagi jika ilmu yang dipelajarinya di luar negeri termasuk high science and tech, yang jelas2 industri dan risetnya belum ada di Indonesia.. Klo seperti saya yang teknik sipil yang masuk kategori middle, ketika pulang 'mungkin' bisa memberikan kontribusi besar ke Indonesia. Dengan sambil memikirkan bagaimana merintis karir dari nol, kerja keras, godaan salary di luar yang tinggi, bahaya korupsi di dunia konstruksi, dan lainnya. Ataukah memilih berkerja di luar negeri dengan kondisi aman, gaji cukup, dan hidup tenang.

Saya, diaspora ini, bukanlah seperti BJ Habibie, yang begitu jenius, sampai disiapkan tempat oleh Pak Harto untuk merintis usaha penerbangan. BJ Habibie, telah menyiapkan tempat bagi para jenius penerbangan, sehingga banyak lulusan teknik penerbangan dari seluruh penjuru dunia yang ingin pulang (ada jg yang tidak), bisa pulang dengan mimpi yang besar bahwa Indonesia akan membangun industri penerbangan, walau pada krisis 1997, banyak juga yang akhirnya keluar negeri kembali.

Saya ingat ucapan pendiri Lenovo tentang penggunaan produk dalam negeri Cina. Beliau berkata "Jangan paksa rakyat menggunakan produk dalam negeri jika produk tsb produk dengan kualitas jelek". Saya ingin menganalogikan ini dengan diaspora Indonesia, "Negara seharusnya jangan memaksa diaspora Indonesia untuk pulang, jika tidak mengembangkan middle dan high tech industri, lembaga2 riset, dan universitas riset di dalam negeri" Karena rasanya aneh, jika peneliti dibidang nuklir, bioteknologi, semikonduktor, fuel cell, dll yang sudah memiliki 'passion' di bidangnya diminta kembali, tapi tidak diberi pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Malah ada yang diminta masuk ke pemerintahan, jadi direksi bumn, dll. Akibat kurangnya pemahaman kondisi internal pemerintahan di Indonesia banyak dari mereka yang integritasnya disalah gunakan dan akhirnya terkena jebakan betmen dan berakhir di penjara...

Untuk kembali ke Indonesia, kita harus pikirkan ucapan BJ Habibie bahwa bagi lulusan Indonesia yang ada di luar negeri, Jangan berharap kalau pulang dapat jabatan dan dapat uang. "Emangnya kamu siapa?"

Bagi yang kembali harus memiliki mental baja, jangan pas pulang malah terkejut. Dan jika sudah berhasil merintis karir, marilah kita kembangkan science and technology di Indonesia. Masukkan hal tsb dalam rencana strategis nasional, keluarkan dana riset yang besar, dukung industri manufaktur, bukan malah sibuk menjual SDA. Sudah banyak blok migas, tambang batu bara, dan konsesi perkebunan yang tumpang tindih. Jika sudah banyak tempat kembali, maka diaspora Indonesia berbondong2 akan kembali ke Indonesia, yang tidak kembali pun bisa menjalin kerjasama perdagangan dan pendidikan.

Beginilah cara China menjajah AS dan Eropa, dengan mengirimkan jutaan mahasiswanya ke sana. Tanpa berharap mereka kembali, tapi dengan memperkuat teknologi dalam negeri, sehingga diaspora mereka yang tersebar, dapat memilih pulang ataupun menjalin kerjasama perdagangan di tempat tinggal mereka yang baru. #Indonesia Baru

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun