Di dalamnya, aku berada di sebuah kendaraan impianku, mobil listrik hasil karya Elon Musk, melaju perlahan di jalan bebas hambatan. Tidak sebebas itu, namun setidaknya lebih bebas daripada harus berjibaku dengan penumang lain berebut satu bangku atau hanya satu pegangan tangan. Menyesuaikan sendiri temperatur pendingin dengan lembut wangi pengharum ruangan, bukan aroma semangat dari para pekerja keras seharian. Memutar salah satu frekuensi radio favorit ditemani rintik air di atas atap mobil sedan putih dengan tetesannya mengalir di kaca yang segera diusap wiper perlahan melambai ke kanan-kiri.
      Segera setelah keluar tol, menuju tempat tinggal di kawasan sederhana ibukota. Tidak begitu luas, setidaknya cukup untuk satu keluarga kecil dan tempat untuk beberapa kendaraan pribadi tanpa mengganggu kepentingan umum. Satu kendaraan beroda empat, dan beberapa beroda dua baik tenaga mesin maupun tenaga manusia. Dari balik coklat pintu kayu solid setengah terbuka, menunggu penuh senyum pujaan hati mengenakan mango striped linen dres putih-abu nampak menawan sekaligus menggoda, dan buah hati dengan kostum superman kesukaan sambil memegang mainan dinosaurus triceratops di tangan kanannya, mengembungkan pipi dan menurunkan ujung bibir seperti akan memangsaku karena pulang terlambat.
      Bukan digigit dinosaurus, melainkan digigit nyamuk karena kehabisan obat nyamuk bakar di indekos yang sempit juga panas ini. Membangunkan seorang mahasiswa tingkat akhir yang belum juga lulus. Malam hari penuh evaluasi dan rencana esok hari, sedang paginya kembali dengan bangun siang dan malas-malasan. Setiap hari meratapi nasib kenapa bisa begitu, namun tetap berulang.