Mohon tunggu...
Junialdi Sabastian Fauzi
Junialdi Sabastian Fauzi Mohon Tunggu... Penjahit - ---

Wake up! You need to make money!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

In Your Dream!

25 Desember 2020   22:23 Diperbarui: 25 Desember 2020   22:31 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAGIAN 1

            "Selamat, Anda dinyatakan Lulus Seleksi SNMPTN ... " Hasil pencarian di sebuah laman diikuti dengan berhasilnya aku diterima di kampus negeri impianku untuk melanjutkan pendidikan juga di jurusan yang aku inginkan. Ayah dan ibu begitu bangga sehingga mengadakan syukuran sederhana karena anak semata wayangnya keturunan pertama dari kakek-nenek yang bisa melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi bahkan negeri dan favorit. Bahagiaku pun tak terkira meski harus merantau dan jauh dari orang tua.

            Ayah dan ibu memberikan dukungan penuh, bahkan mencarikanku kos dengan biaya cukup mahal. Tepat di seberang kampus, dengan ukuran 3x3, sebuah kamar berdinding putih bersih dilengkapi pendingin ruangan, wi-fi, spring bed tebal, satu set meja belajar dan kamar mandi dalam, bahkan hampir menyerupai kamar hotel. Uang saku lebih dari cukup untuk kebutuhan sehari-hari, bahkan jika digunakan tiga kali sehari makan di Rumah Makan Padang dan nongkrong di Starbucks, sisanya masih bisa ditabung.

            Kegitan perkuliahan berjalan lancar. Mendapat teman-teman baru dari berbagai daerah dan latar belakang yang menyenangkan, dekat dengan beberapa dosen dan karyawan kampus, aktif di cukup banyak organisasi kampus. Nilai sedikit naik turun tapi tetap dapat suntikan semangat dari kekasih hati beda jurusan yang juga satu kampus.

            Tepat empat tahun, dan aku dinyatakan lulus dari perguruan tinggi dengan cumlaude. Ayah dengan setalan jas hitam rapih dan ibu begitu menawan dengan kebaya keemasan nampak kembali bahagia menghadiri acara wisuda. Mereka tersenyum lebar melihatku mengenakan toga manyampaikan pidato di atas panggung sebagai lulusan terbaik. Banyak ucapan dan bucket snack dari kakak dan adik tingkat menunggu di luar gedung, dan juga beberapa tawaran wawancara pekerjaan yang menunggu di luar sana.

BAGIAN 2

            Bangun pagi sebelum alarm berbunyi. Secangkir kopi dan roti tawar dengan selai coklat menjadi pasangan yang menemaniku membaca berita terkini di ponsel di teras indekos sembari mendengarkan lagu-lagu dari radio anak muda ibukota. Dengan santai bersiap bekerja di salah satu perusahaan teknologi terbesar di Indonesia. Mereka memberi gaji cukup tinggi bahkan untuk karyawan yang berkerja belum genap satu tahun.

            Tempat kerja yang nyaman. Jabatan tidak tinggi juga tidak rendah memudahkan untuk mendapat rekan kerja yang supportive. Meski beban kerja cukup berat, tetap terasa menyenangkan dilakukan sekaligus menambah pengalaman dan meningkatkan kemampuan. Karena jam kerja tidak terlalu padat, masih bisa menyempatkan diri melakukan hobi menulis sedari SMA. Menerbitkan cukup banyak buku sejak masa kuliah dan beberapa menjadi best seller, sehingga mendapat royalty yang lumayan.

            Dengan penghasilan seperti itu, bisa membiayai adik melanjutkan pendidikan di sekolah terbaik, sekaligus menghidupi kedua orang tua dengan cukup. Setiap pulang kampung selalu ditunggu para keponakan demi buah tangan atau uang jajan, dan paman-bibi yang menanyakan pekerjaan untuk anak mereka.

BAGIAN 3

            Hujan mengguyur ibukota tepat setelah para karyawan keluar dari kantor. Beberapa yang mengikuti kata pepatah, membelah derainya dengan payung. Sedangkan yang lain berbekal kelincahan kaki menghindari kubangan air dengan kedua tangan di atas kepala yang sebenarnya tidak menghalau apapun. Halte, teras toko, dan kolong flyover menjadi rumah singgah bagi para musafir kehidupan ber-roda dua yang tidak kehausan, hanya tidak mau kebasahan. Ngiang ribuan klakson kendaraan umum saling bersahutan mengalahkan bunyi jutaan rintik hujan menimpa bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun