Berikut adalah kebijakan umum dari jurnal berlangganan (subscription journal) yang memiliki pilihan akses terbuka:
"Untuk artikel langganan (subscription articles): Penulis mentransfer hak cipta ke penerbit sebagai bagian dari perjanjian penerbitan jurnal (journal publishing agreement).
. . .
Untuk artikel akses terbuka (open access article): Penulis menandatangani perjanjian lisensi eksklusif (exclusive license agreement), dimana penulis memegang hak cipta (copyright) tetapi memberikan/melisensikan hak-hak  eksklusif dalam artikel mereka kepada penerbit.
. . .[14]"
Seperti yang telah saya katakan, beberapa jurnal "terkemuka" menawarkan opsi/pilihan akses  terbuka, jadi yang paling ingin saya katakan dalam hal ini adalah bahwa sebagian besar  jurnal "predator" menawarkan akses  terbuka, sementara hanya  beberapa  jurnal "bereputasi" yang menawarkannya. Saya juga harus menekankan bahwa ada keuntungan serta kerugian dari mentransfer hak cipta kita. Pokok pikiran saya sebenarnya sederhana, bahwa Anda akan diizinkan untuk mempertahankan hak cipta Anda pada sebagian besar jurnal "predator". Hak cipta adalah properti (Copyright is property). Properti  Anda (Your property).
Melewati Penyunting dan Penelaah yang Bias (Bengkok), Tumpul (Obtuse), atau Menyebalkan (Obnoxious)
Jika Anda pernah berurusan dengan editor jurnal yang bias atau tumpul, atau dengan penelaah (referees) yang memiliki kapak untuk menggiling, cerita berikut akan terasa akrab buat Anda.
Dahulu sekali, saya menyerahkan sebuah artikel berjudul "Taking Egoism Seriously" ke sebuah jurnal filsafat yang terkemuka, yang tidak akan saya sebutkan nama jurnalnya di sini. Segera, penyunting jurnal itu menjawab, melalui email. Ia mengatakan (di sini saya mengkalimatkan ulang dari ingatan/memori saya) bahwa egoisme adalah teori etika normatif palsu (Egoism is a false normative ethical theory) dan bahwa oleh karena itu, ia tidak akan mengirimkannya ke mitra bestari (reviewer/referee) untuk ditinjau/ditelaah.
Saya tertegun. Ini bukan karena seolah-olah topik ini tidak pernah dibahas dalam jurnal tersebut, karena jurnal tersebut pernah mendiskusikan topik ini juga. Juga bukan karena artikel saya terlalu panjang atau jelas-jelas tidak dapat diterima karena pengaturan atau gaya penulisan. Saya menduga bahwa penyunting bahkan belum membaca isi artikel selain bagian Abstrak dari tulisan tersebut, dalam mana saya mengarahkan niat saya untuk (1) menganggap serius egoisme dan (2) menganjurkan bahwa para sejawat saya di bidang filsafat melakukan hal yang sama. Penyunting/editor tersebut jelas memiliki bias terhadap topik egoisme, dan ia tidak ingin mengotori jurnalnya yang berharga dengan artikel mengenai topik itu.
Terpikir oleh saya setelah menerima surat elektronik dari penyunting itu bahwa, seandainya ia menerima esai tentang libertarianisme yang ditulis oleh Robert Nozick (1938-2002), yang berjudul [15], katakanlah, "Taking Libertarianism Seriously," penyunting itu akan membuat balasan surel yang sama. Para penyunting yang lain mungkin telah melakukannya juga, sampai pada titik di mana Nozick tidak memiliki alternatif selain mengenyampingkan artikel yang ditulisnya dan menjadikannya sebagai artikel yang tidak dapat diterbitkan. Bukankah hal itu menjadi sebuah kerugian bagi disiplin filsafat? Dalam jajaran filsafat akademik yang tertutup (cloistered), libertarianisme tidak lebih populer sebagai teori politik normatif daripada egoisme sebagai teori etika normatif. Apakah penyunting tadi akan membalas Nozick bahwa  libertarianisme adalah teori politik normatif palsu, dan karena itu tidak dibela dalam halaman yang terpandang dari jurnalnya? Kita mencurigai demikian, dan hal itu menakutkan. Tidak ada penyunting yang harus begitu kejam untuk mendikte pandangan mana yang benar dan mana yang salah, pandangan mana yang berdasar (well-founded) dan yang tidak berdasar (ill-founded), teori mana yang layak dipertimbangkan (worth considering) dan mana yang tidak.