Mohon tunggu...
Juneman Abraham
Juneman Abraham Mohon Tunggu... Dosen - Kepala Kelompok Riset Consumer Behavior and Digital Ethics, BINUS University

http://about.me/juneman ; Guru Besar Psikologi Sosial BINUS; Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI); Editor-in-Chief ANIMA Indonesian Psychological Journal; Asesor Kompetensi - tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Butuh Kesadaran Kritis Mengenali Jurnal Predator: Implikasi Terhadap Integritas Akademik

22 Maret 2021   10:25 Diperbarui: 22 Maret 2021   14:18 2044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hal kecepatan, jurnal-jurnal "terkemuka/bereputasi" meninjau (me-review) artikel-artikel sedemikian sehingga membuat penulisnya frustrasi sampai-sampai merasa geram. Saya telah  menunggu selama enam bulan untuk keputusan publikasi, hanya untuk mengetahui bahwa naskah saya ditolak (rejected). Oleh karena hampir semua jurnal mensyaratkan pertimbangan eksklusif (exclusive consideration) naskah-naskah, penolakan (rejection) berarti mulai lagi dari langkah awal. Dua atau tiga penolakan sebelum penerimaan (acceptance) dapat berarti bahwa lebih dari setahun telah berlalu di antara pengiriman/pengajuan awal (initial submission) dan publikasi. Saya berharap bahwa saya tidak menjadi dramatis ketika saya mengatakan bahwa hal itu adalah semena-mena/tidak masuk akal (obscene).

Hal tersebut di atas bahkan bukan skenario cerita yang paling buruk. Pada lebih dari satu kesempatan, begitu banyak waktu yang hilang tanpa keputusan publikasi sehingga saya menarik artikel saya dari pertimbangan (sebelum mengirimkannya ke jurnal yang lain). Kita bertanya-tanya bagaimana mungkin butuh dua, tiga, empat, atau enam bulan untuk membaca dan mengevaluasi naskah, bahkan naskah yang jumlah katanya 8.000 atau 10.000 kata. Kita juga bertanya-tanya mengapa seseorang bisa menyetujui untuk meninjau/menelaah sebuah artikel tetapi kemudian mengenyampingkan artikel itu selama beberapa minggu (atau bulan). Saya menyetujui untuk meninjau sebuah artikel hanya ketika saya dapat membacanya segera, dan begitu saya setuju, saya melakukan semua yang saya bisa untuk membacanya segera. Bukankah ini yang dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab (responsible person)? Bukankah ini persyaratan minimal untuk menyebut diri sendiri seorang profesional? Kendati demikian, hal Ini hanyalah salah satu kasus di mana penulis akademik disalahgunakan oleh (abused by) jurnal "terkemuka/bereputasi".

Jeda waktu antara pengajuan (submission) dan keputusan adalah jauh lebih sebentar untuk jurnal-jurnal "predator" daripada jurnal "bereputasi". Saya telah menerima keputusan dari jurnal "predator"  dalam hitungan hari, dan tidak pernah lebih dari dua minggu. Dapat dikatakan bahwa hal ini menunjukkan bahwa proses peninjauan adalah palsu (a sham). Barangkali benar begitu. Akan tetapi, seperti yang saya perdebatkan di bawah ini, hal yang disebut-disebut sebagai fungsi penjagaan gawang (gatekeeping) dari jurnal "terkemuka/bereputasi" pun sangat berlebihan. Lebih sering (setidaknya dalam pengalaman saya, termasuk ketika saya memperoleh informasi dari akademisi yang lain), para peninjau (reviewers) di jurnal "terkemuka/bereputasi" mengevaluasi/menilai artikel yang mereka baca berdasarkan hal-hal yang tidak relevan (irrelevancies) seperti apakah mereka "menyukai" kesimpulan dari artikel, apakah mereka berpikir topik itu "nge-trend" ("hot", atau "penting"), atau apakah mereka merasa cocok dengan gaya tulisan,  metodologi, atau pendekatan penulisnya terhadap topik yang diangkat.

Ya, arah saya ke sana: Saya akan memperdebatkan/mendiskusikan di bagian berikutnya bahwa fungsi penjaga gerbang dari sejawat (peer review) telah  dicurahkan menjadi fungsi pemolisian (policing) di mana pengulas/peninjau (reviewers)  dan penyunting (editor) berkonspirasi untuk "menghukum" penulis karena penulis mengambil posisi politik, moral, atau agama secara keliru pada berbagai isu. Dengan kata lain, penyuntingan (editing)  dan peninjauan (reviewing) jurnal telah dipolitisasi. Jika saya benar tentang hal ini (dan saya percaya bahwa inilah kebenarannya), maka ada alasan yang baik untuk memboikot jurnal-jurnal "terkemuka/bereputasi". Mereka tidak  pantas mendapatkan rasa hormat dan dukungan sebagaimana yang mereka dapatkan dengan mudah dari para akademisi.

Panjang Artikel

Jika artikel Anda melebihi 10.000 kata, seperti yang terjadi pada sejumlah artikel saya [11], Anda mungkin mengalami kesulitan untuk artikel itu diterbitkan oleh jurnal "terkemuka/bereputasi". American Philosophical Quarterly  memiliki batas 7.000 kata. Journal of Philosophy  memiliki batas 7.500  kata. Mind, Metaphilosophy, dan Australasian Journal of Philosophy memiliki batas 8.000 kata. Jurnal-jurnal "predator"  yang telah saya tulisi (seperti Open Journal of Philosophy dan Philosophy Study), tidak memiliki batasan jumlah kata --- atau setidaknya penyunting jurnal-jurnal ini tidak protes mengenai panjang artikel yang  berlebihan. Harus diakui, banyak jurnal "terkemuka" memiliki batas jumlah kata yang boleh melebihi 10.000 kata (Ethics, misalnya, memiliki batas 15.000 kata, dan Philosophy and Public Affairs 12.000 kata), sehingga panjang artikel bukanlah alasan yang sedemikian kuat sebagaimana alasan-alasan lain yang saya berikan untuk lebih memilih jurnal "predator" daripada jurnal "bereputasi". Anggap saja faktor panjang artikel sebagai salah satu saja di antara banyak faktor.

Mempertahankan Kepemilikan (Retaining Ownership)

Jika Anda ingin mempertahankan hak cipta (copyright) karya kreatif Anda, Anda hendaknya mempertimbangkan akses terbuka (open-access), baik ketika menerbitkan artikel dengan jurnal "predator" maupun jurnal "terkemuka". Berikut ini adalah kebijakan umum untuk jurnal berlangganan (subscription journal) yang tidak memiliki pilihan akses terbuka:

"Penulis akan diminta, setelah penerimaan (acceptance) sebuah artikel, untuk mentransfer hak cipta (copyright) artikel ke Penerbit. Hal ini akan memastikan penyebaran informasi seluas mungkin berdasarkan undang-undang hak cipta [12]."

Berikut ini adalah kebijakan umum untuk jurnal akses terbuka:

"Penulis Akses Terbuka mempertahankan hak cipta atas artikel mereka, dan semua artikel akses terbuka didistribusikan berdasarkan ketentuan Lisensi Atribusi Creative Commons, CC BY (atau Creative Commons Attribution-NonCommercial License CC BY-NC), yang memungkinkan para penggunanya untuk (secara non-komersial) menyalin, menggunakan, mendistribusikan, mengirimkan dan menampilkan/memajang karya secara publik dan untuk membuat dan mendistribusikan karya-karya turunannya (derivative works), dalam media digital apa pun untuk tujuan apapun yang bertanggung jawab, namun tetap tunduk pada atribusi yang tepat dari kepengarangan (authorship) [13]."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun