Mohon tunggu...
juned Kamsi
juned Kamsi Mohon Tunggu... -

Penganguran Banyak acara (PENGACARA)\r\n\r\nkOMENTATOR mEDIA oN lINE\r\n\r\nPenulis di Media on line\r\n\r\nPemerhati Politik dalam dan Luar Negri\r\n\r\n\r\nMahasiswa di Universitas Alam Raya fakultas Lang-lang buana jurusan \"Politik Internasional\",Kampusnya di alam tebuka.\r\n\r\nHoby :mengomentari hal-hal yang di anggap perlu di komentari.\r\n\r\nBuku yang di senangi:yang dapat membangkitkan pemikiran umat menuju perubahan peradaban yang tinggi,contoh:\"Illusi Negara Demokrasi \"(karangan Farid Wajdi).\r\n\r\nBuku\"DEmokrasi tersandera\"karangan???\r\n\r\nBuku \"Demokrasi sistim kufur\"\r\n\r\nBuku;\"Islam,Politik dan Spiritual\"\r\n\r\n\"Manifesto HIZBUT TAHRIR Untuk Indonesia\" Karangan HTI

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nyanyian Merdu Nazaruddin

20 Juli 2011   19:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:31 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Benar dalam politik Sekuler Kapitalis atau Sosialis yang memiliki motto;

Tidak ada teman sejati,tidak ada musuh abadi yang ada hanyalah;"KEPENTINGAN ABADI"

Lagu sumbang yang di bawakan M.Nazarudin membuktikan kalau "Sahabat bisa menjadi musuh bebuyutan",ibarat sebuah pantun Jawa yang bernada: - KEMBANG RINCIK-RINCIK KEMBANGE SIRODADU,WINGI BECIK-BECIK SAIKI NGAJAK PADU. Yang artinya : "Kemarin baik-baik sekarang ngajak perang".

Yah,itulah wajah perpolitikan ala Kapitalis yang di bangun oleh pilar Demokrasi yang lahir dari idiologi Sekuler tersebut,sayangnya bagi para pejuang kesiangan belum di sadari,malah semakin akan di pertahankan ,padahal korban sudah bergelimpangan di mana-mana.

Lagi-lagi yang menjadi korban adalah rakyat kecil,mereka selalu tersingkir dan tergilas roda-roda Kapitalis,menjadi tumbal para Koruptor negri ini.

Bila para Penguasa dan pejabat merasa terdzolimi,lalu kapan rakyat yang selamanya terdzolimi mendapat perlindungan dari mereka yang memiliki kewajiban melindungi rakyat.Uang rakyat habis dipakai untuk mengejar ambisi jabatan dan popularitas,tinggal rakyat gigit jari dalam penantian dan angan-angan  mereka yang bermimpi dapat kesejahteraan dari mereka yang dulu menebar janji-janji muluk.

Huh....nasiiib,kapan kita diurusin,nafas semakin sesak  melihat sembako terus melambung tinggi ,berkejar-kejaran dengan para koruptor yang lari ke luar negri.

NYANYIAN MERDU NAZARUDIN,membuktikan bahwa memang Demokrasi adalah sebuah sistim yang aman untuk melindungi para pelaku korupsi,kolusi.Sampai kapankah ini di pertahankan?,tidakkah kita khawatir anak cucu kita kelak kelaparan karena anggaran habis untuk bayar utang luar negri yang di korup  para pejabat negri ini?

Wahai orang -orang yang masih sehat nalarnya,kembalilah kepada jalan yang benar,sebelum  adzab menimpa kepada orang-orang yang tak berdosa yang terkena getahnya karena ketiban pulung para koruptor.Jalan yang benar adalah jalan yang lurus yang di ridhoi Allah swt sebagai Pencipta Kebenaran  yang Hak. Semoga dapat terinspirasi....amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun