Semua manusia memiliki rasa ingin dirinya di hormati dan memiliki citra baik di masyarakat,walaupun dirinya sendiri dinilai masyarakat jauh dari memiliki kedua hal tersebut,apalagi seorang yang menduduki jabatan penting baik di masyarakat , di pemerintahanatau dan negara.
Namun sejak Demokrasi di negri ini dijalankan,Idiologi Sekulerisme yang berkembang menjadi Liberalisme dan saat ini malahan sudah kearah Neo Liberal itu di adopsi di negri ini,bangsa ini mengalami dekadensi moral yang amat parah sekali,hampir tidak dapat kita jumpai orang-orang yang menjadi publik figur benar-benar memiliki kedua nilai tersebut,bukan berarti tidak ada para tokoh yang memiliki kedua nilai tersebut di atas,kalau kita mau jujur masih banyak dan tidak terhitung jumlahnya,akan tetapi mereka sama sekali tidak muncul di permukaan,walaupun kiprahnya sangat terasa dan di akui di masyarakat.Mengapa bisa terjadi demikian?
Karena "citra baik" ," Kehormatan",atau "Nama Baik" ,semuanya ini sudah di Politisasi dan bisa di tukar dengan materi,artinya seseorang yang sebenarnya memiliki kondite buruk menurut pandangan hukum (Islam ) dan pandangan Kultur budaya setempat,akan disulap menjadi sebaliknya,asalkan orang tersebut memiliki harta dan uang banyak,sebaliknya seseorang yang menurut pandangan hukum Islam dan kultur budaya itu dianggap baik,bisa berubah imej nya di publik menjadi sangat buruk ketika oleh orang-orang yang memiliki kepentingan dalam mencitrakan imej buruk itu dengan memanfaatkan media masa dan perangkat hukum yang ada saat ini.Ust.Abu Bakar Ba'syir contohnya ,beliau adalah korban pencitraan buruk oleh para aparat penegak hukum dan media masa,yang di rekayasa oleh Amerika,padahal citraburuk para penegak hukum negri ini bukan suatu rahasiah lagi ,secara kasat mata masyarakat bisa melihat dan merasakannya.
Contoh lain yang bisa kita lihat seperti ,"OBAMA dengan Negara Adidayanya yaitu Amerika",kita semua mungkin belum lupa bagaimana ketika ia berkampanye ,bahwa ia akan menjalin hubungan baik dengan kaum muslimin di dunia,dan menciptakan perdamaian dunia,mengagungkan Hak-Hak azasi manusia,menentang tirani dengan akan membubarkannya penjara di Guantanamal,dan menarik mundur pasukan Amerika di Irak.Namun apa yang kita lihat setelah ia di lantik?,segera ia mengerahkan pasukan dan mengirimkannya ke Afganistan lalu membombardir rakyat Afgan tersebut secara membabi buta dengan dalih memerangi terorisme,kekejaman dia tak hanya sampai di situ,ia-pun mendukung penyerangan Israel kepada Rakyat Gaza bahkan sampai saat ini masih terus berlangsung dan mendapat dukungan penuh.
Namun Perlakuan kejam seperti itu nampaknya bisa diluluhkan oleh Politik Pencitraan Obama",dengan Berkunjung ke Mesir,berpidato dihadapan para pejabat Mesir dan para ulama-nya dengan bualan yang sangat memukau seolah-olah cinta perdamaian,maka berhasil-lah Obama membangun Citra dan tebar pesona,hingga mereka tersihir dengan kata kata Obama tersebut,tidak satu-pun di antara mereka yang unjuk gigi mengkritik Sang Pembantai biadab tersebut,semuanya hanyut oleh bualan Obama,dibantu oleh media-media yang telah di set begitu rupa.
Begitupun ketika rakyat Gaza menderita bahkan sampai saat ini akibat kejahatan Israel ,lalu dengan serta merta Politik Pencitraan itu di gulirkan kepada rakyat Indonesia yang mayoritas muslim,Kedutaan Amerika gencar mengarahkan opini pembangunan citra bersama seluruh media dan antek-antek Amerika yang berada di Indonesi aitu mereka para pengelola negara dan LSM-LSM yang mendapat kucuran dana dari sana,gencar menayangkan Biografi Obama di Indonesia,melalui hubungan emosional itulah rakyat Indonesia terperangkap kedalam Politik pencitraan tersebut,padahal mungkin kita belum lupa ketika organisasi-organisai Islam,termasuk parpol Islam yang sangat gigih membela rakyat Palestina berunjuk rasa menentang kebiadaban Israel di Gaza,dan mereka-pun mengetahui bahwa Obama ada di baliknya mendukung Israel,tetapi ketika Obama datang ke Indonesia mereka malah gegap gempita menyambutnya,tak ada sepatah katapun keluar dari mereka (Para Undangan)dan para Mahasiswa yang berani mengkritik langsung tentang kebijakan luarnegri Amerika yang biadab tersebut,malah mereka ber sukaria dan terkagum-kagum dengan Obama,apalagi ketika Obama menjanjikan Bea siswa kepada Mahasiswa Indonesia,terkikislah rasa empati mereka terhadap korban Gaza ,Palestina,Afganistan dan para korban bencana di dalam negri,padahal di belahan negri yang lain rakyat Gaza dan Afgan sedang merintih berduka kehilangan nyawa,harta dan segalanya akibat kebiadaban mereka Israel dan Amerika,didalam negri-pun para korban bencana sedang menunggu uluran dan bantuan konkrit dari pemerintah.
Tetapi semua itu bak tidak ada apa-apa ketika Obama Datang di sambut meriah,sebegitu meriahnya,disisi lain bangsa ini sedang di timpa bencana yang bertubi-tubi,mereka-pun seolah lupa kalau negri ini sedang dilanda kemelut dan bencana kemanusiaan,akibat hukum yang amburadul tersebut.
Rupanya sikap Obama seperti itu di ikuti juga oleh para pengelola negri ini,termasuk para oknum di negri ini,mereka yang punya masalah dan memiliki kondite buruk baik pada negara maupun pada masyarakat,bisa langsung naik daun seketika karena memberi perhatian yang khusus kepada TIMNA SÂ Sepak Bola Indonesia,malah hari ibu yang penuh dengan nuansa duka dialami oleh para TKW korban kekerasan majikan di luar negri,korban bencana alam dsb,tidak sedikit-pun nampak pada wajahkeprihainan Pemimpin Negri ini bersama ibu negaranya,seolah -olah bangsa ini tidak punya masalah.Yang lebih parah lagi orang seperti gayus itu di sebut "Pahlawan Pajak",padahal para janda pahlawan dan para veteran saat ini mereka terlupakan,bahkan saat ini sedang ter tatih-tatih berjuang mempertahankan kehidupan yang semakin memprihatinkan ini.
Itulah akibat dari Politik Pencitraan ,yang bisa di beli dengan uang.
Adapun masalah "Gila Hormat",ini sering kita temui ketika seorang publik figur atau penguasa yang sedang exist dengan jabatan-nya,melakukan suatu tindakan yang tercela,lalu di kritk oleh seseorang ,atau diungkapkan di media ,mereka hilang kendali dan kontrol diri,lalu mengajukan gugatan ke pengadilan agar si penkritik itu di masukan ke penjara,berapa-pun mahalnya biaya pencitraan dan nama baik itu,mereka tempuh.Sebaliknya mereka yang terjerat hukum-pun bisa lolos dari jeratan hukum dan namanya menjadi lebih tenar dari sebelumnya saking lihainya membeli kehormatan dengan kekuatan uangnya  mampu membayar pengacara dan via publikasi media,serta para koloninya yang telah di mandi madukan oleh oknum tersebut.
Begitu-pun Evoria Kemenangan yang dapat melupakan segalanya,Lupa kalau bangsa ini sedang dalam keadaan kritis,banyak kemelut dan krisis sosial lainnya.Padahal Kalah dan menag dalam pertarungan itu seharusnya disikapi biasa saja,tokh kemenangan yang sekejap tidak bisa mengcover krisis yang sedang melanda bangsa ini,lagi pula bila dihitung-hitung berapa besar uang negara yang terkuras demi mencapai kemenangan yang semu itu,dibandingkan dengan jumlah biaya untuk kesejahteraan yang di gulirkan oleh negara kepada rakyat yang kini sedang menderita,juga tidak sebanding dengan kemenangan yang di raihnya selama TIMNASitu berlaga sejak dulu hingga kini.
Karena ingin meraih nama baik,berapa-pun harganya di beli saja,padahal Kejahatan Korupsi yang telah mencapai rekor dunia itu tidak bisa digantikan dengan Peraihan Piala Asia oleh Tim Nas Kita,apalagi kemenangan tersebut hasil dari naturalisasi,sebenarnya apa yang harus di banggakan dari semua itu,dan apakah kemenangan itu dapat melepaskan bangsa ini dari jeratan hutang luarnegri?,atau keterpurukan hukum di dalam negri,atau bisa memberantas korupsi,atau-pun bisa menghilangkan dekadensi moral bangsa ini,terlebih dapat mensejahterakan rakyat negri ini. Yang jelas uang negara dan rakyat terkuras demi mempertahankan nama baik yang semu tersebut.
Dengan demikian,bahayanya sudah sangat terasa oleh kita semua yaitu,para pengelola negri ini rame-rame "nebeng beken" dari even -even tersebut,sedangkan rakyat???????,sampai kapankah mereka akan dapat merasakan keadilan dalam Demokrasi ini.
Semuanya itu adalah buah dari di terapkannya Sekulerisme dan kapitalisme,yang merambah kepada liberalisme,sehingga semua bisa di beli dan di ukur dengan materi,bahkan rakyat -pun bisa seketika lupa bila di hadapkan dengan materi yang sesaat.Demokrasi memang harga mati,yang membuat mati semuanya,perasaan mati,kepekaan terhadap penderitaan rakyat -pun mati,rasa malu melakukan tidak an tercela seperti perjinahan,Korupsi,itupun mati,dan lebih parah lagi perangkat hukum yang di buat oleh para wakil rakyatpun kini mengalami sekarat untuk menuju kematian yang abadi,seolah-olah penegakan hukum ini tidak berfungsi alias matii!.
Sampai kapankah????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H