Mohon tunggu...
juned Kamsi
juned Kamsi Mohon Tunggu... -

Penganguran Banyak acara (PENGACARA)\r\n\r\nkOMENTATOR mEDIA oN lINE\r\n\r\nPenulis di Media on line\r\n\r\nPemerhati Politik dalam dan Luar Negri\r\n\r\n\r\nMahasiswa di Universitas Alam Raya fakultas Lang-lang buana jurusan \"Politik Internasional\",Kampusnya di alam tebuka.\r\n\r\nHoby :mengomentari hal-hal yang di anggap perlu di komentari.\r\n\r\nBuku yang di senangi:yang dapat membangkitkan pemikiran umat menuju perubahan peradaban yang tinggi,contoh:\"Illusi Negara Demokrasi \"(karangan Farid Wajdi).\r\n\r\nBuku\"DEmokrasi tersandera\"karangan???\r\n\r\nBuku \"Demokrasi sistim kufur\"\r\n\r\nBuku;\"Islam,Politik dan Spiritual\"\r\n\r\n\"Manifesto HIZBUT TAHRIR Untuk Indonesia\" Karangan HTI

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bahaya Politik Pencitraan, Gila Hormat , Euforia Kemenangan dan Nama Baik

24 Desember 2010   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:26 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Karena ingin meraih nama baik,berapa-pun harganya di beli saja,padahal Kejahatan Korupsi yang telah mencapai rekor dunia itu tidak bisa digantikan dengan Peraihan Piala Asia oleh Tim Nas Kita,apalagi kemenangan tersebut hasil dari naturalisasi,sebenarnya apa yang harus di banggakan dari semua itu,dan apakah kemenangan itu dapat melepaskan bangsa ini dari jeratan hutang luarnegri?,atau keterpurukan hukum di dalam negri,atau bisa memberantas korupsi,atau-pun bisa menghilangkan dekadensi moral bangsa ini,terlebih dapat mensejahterakan rakyat negri ini. Yang jelas uang negara dan rakyat terkuras demi mempertahankan nama baik yang semu tersebut.

Dengan demikian,bahayanya sudah sangat terasa oleh kita semua yaitu,para pengelola negri ini rame-rame "nebeng beken" dari even -even tersebut,sedangkan rakyat???????,sampai kapankah mereka akan dapat merasakan keadilan dalam Demokrasi ini.

Semuanya itu adalah buah dari di terapkannya Sekulerisme dan kapitalisme,yang merambah kepada liberalisme,sehingga semua bisa di beli dan di ukur dengan materi,bahkan rakyat -pun bisa seketika lupa bila di hadapkan dengan materi yang sesaat.Demokrasi memang harga mati,yang membuat mati semuanya,perasaan mati,kepekaan terhadap penderitaan rakyat -pun mati,rasa malu  melakukan tidak an tercela seperti perjinahan,Korupsi,itupun mati,dan lebih parah lagi perangkat hukum yang di buat oleh para wakil rakyatpun kini mengalami sekarat untuk menuju kematian yang abadi,seolah-olah penegakan hukum ini tidak berfungsi alias matii!.

Sampai kapankah????

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun