Karena ingin meraih nama baik,berapa-pun harganya di beli saja,padahal Kejahatan Korupsi yang telah mencapai rekor dunia itu tidak bisa digantikan dengan Peraihan Piala Asia oleh Tim Nas Kita,apalagi kemenangan tersebut hasil dari naturalisasi,sebenarnya apa yang harus di banggakan dari semua itu,dan apakah kemenangan itu dapat melepaskan bangsa ini dari jeratan hutang luarnegri?,atau keterpurukan hukum di dalam negri,atau bisa memberantas korupsi,atau-pun bisa menghilangkan dekadensi moral bangsa ini,terlebih dapat mensejahterakan rakyat negri ini. Yang jelas uang negara dan rakyat terkuras demi mempertahankan nama baik yang semu tersebut.
Dengan demikian,bahayanya sudah sangat terasa oleh kita semua yaitu,para pengelola negri ini rame-rame "nebeng beken" dari even -even tersebut,sedangkan rakyat???????,sampai kapankah mereka akan dapat merasakan keadilan dalam Demokrasi ini.
Semuanya itu adalah buah dari di terapkannya Sekulerisme dan kapitalisme,yang merambah kepada liberalisme,sehingga semua bisa di beli dan di ukur dengan materi,bahkan rakyat -pun bisa seketika lupa bila di hadapkan dengan materi yang sesaat.Demokrasi memang harga mati,yang membuat mati semuanya,perasaan mati,kepekaan terhadap penderitaan rakyat -pun mati,rasa malu melakukan tidak an tercela seperti perjinahan,Korupsi,itupun mati,dan lebih parah lagi perangkat hukum yang di buat oleh para wakil rakyatpun kini mengalami sekarat untuk menuju kematian yang abadi,seolah-olah penegakan hukum ini tidak berfungsi alias matii!.
Sampai kapankah????
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H