Di dalam Kebun Rojo, terdapat beragam hiburan permainan untuk anak-anak. Selain itu, pemerintah setempat mendesain Kebun Rojo sebagai paru-paru kota. Sebab di sana, rerimbunan tumbuhan dari beragam jenis dibudidayakan. Suasana teduh pun benar-benar kami rasakan. Tak hanya taman dan tumbuhan, aneka jenis hewan juga ikut dipelihara. Seperti rusa, burung merak, dan monyet.
Keramaian Kebun Rojo bisa menjadi penanda akan kenyamanan dan keasyikan tempat wisata tersebut bagi para wisatawan.
Salah satu hewan peliharaan yang ada di areal Kebun Rojo, yaitu Rusa Timor atau Cerus Timorensis. Banyak anak kecil dengan pendampingan orang tua mereka, memberikan beberapa helai daun-daunan untuk makan si rusa.
beberapa bekupon atau kandang burung, tampak berdiri tinggi menjulang di beberapa sudut areal kebun rojo.
Puas kami berada di Kebun Rojo, kami lalu beranjak meneruskan perjalanan kaki menuju tempat bersejarah. Namanya Istana Gebang. Tempat ini berada sekira 500 meter dari Kebun Rojo. Kami pun tak begitu sulit menemukan rute jalan menuju kesana.
Istana Gebang merupakan rumah peninggalan Ibu Wardoyo. Beliau adalah kakak kandung Bung Karno, Bapak Presiden RI pertama. Rumah ini menjadi saksi kehidupan Bung Karno  sewaktu masih kecil dahulu.
Berkunjung ke Istana Gebang seolah menggiring setiap pengunjung memasuki periode waktu puluhan tahun silam. Gaya rumah yang berarsitektur klasik, memperteguh asumsi setiap pengunjung, bahwa rumah ini sarat dengan kisah sejarah Bung Karno dan keluarganya. Dan, memang, sewaktu kami memasuki ruangan demi ruangan, berbagai macam foto terpajang menghias dinding.
ruang tamu yang didominasi perabotan berusia lama
Di bagian depan, ada ruang tamu yang berukuran cukup luas. Seperangkat kursi dan meja model lama, maupun lemari, tertata rapi. Pengunjung dilarang untuk mendudukinya, kecuali hanya sekadar memotret. Menengok lebih ke dalam, ada ruangan yang dikhususkan untuk anggota keluarga.Â
Di sana, deret kursi berbahan kayu dan berkombinasi anyaman rotan terpampang. Terlihat pula sebuah meja kerja yang dahulu sering digunakan oleh suami Bu Wardoyo, yaitu Pak Puguh Wardoyo. Saat berkunjung ke istana Gebang, sesekali Bung Karno turut pula menggunakannya.Â
Di ruang keluarga ini, beragam foto keluarga Bung Karno, terpajang di sepenjuru dinding ruangan. Pengunjung bebas mengabadikan setiap detil yang ada di Istana Gebang tersebut. Bahkan mereka bisa pula memasuki setiap kamar yang ada. Seperti saat kami memasuki kamar pribadi keluarga Bung Karno, ataupun kamar yang diperuntukkan untuk tamu keluarga.
sebuah mobil sedan yang dahulu menjadi kendaran pribadi Bung Karno, masih terawat baik dan terparkir di ruang garasi Istana Gebang.
Bersebelahan dengan Istana Gebang, ada sebuah tempat pagelaran seni. Dahulu, tempat tersebut acap digunakan sebagai pementasan wayang dan berbagai kegiatan seni lainnya. Saat kami berkunjung ke Istana Gebang, terlihat kerumunan wisatawan melihat sebuah pementasan seni budaya. Sayangnya, kami tidak menyempatkan menonton kegiatan itu secara langsung, mengingat waktu yang terbatas dan rasa lapar yang kain menggoyang perut
hehehe...
Mengunjungi Istana Gebang menjadi destinasi akhir perjalanan kami ke Blitar. Setelah lelah berkeliling, kami putuskan kembali ke penginapan dengan menaiki becak.
seorang sekuriti stasiun turut menertibkan puluhan calon penumpang kereta agar tidak berdiri melebihi garis yang bercat kuning hitam.
Pada pukul 13.40, kami sudah berada di Stasiun Kota Blitar. Kereta Api Penataran jurusan Surabaya sebentar lagi akan tiba memasuki emplasmen stasiun. Dan, kami pun meninggalkan jejak cerita dan kumpulan foto tentang kota bersejarah nan tenang itu, yaitu Blitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya