Mohon tunggu...
June Cahya
June Cahya Mohon Tunggu... -

simply a learner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Majalah dan Buku Bekas (Bagian 1 dari 2 Tulisan)

4 Mei 2013   05:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:08 1650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betul juga, pikir saya. Lalu sambil mengambil selembar 20-ribuan, saya katakan bahwa saya hanya akan ambil 1 buku saja.

Bapak itu kembali bersikeras. "Ambil 2, saya kasih 20.000 ya?" tanyanya retoris. Lalu ia buru-buru menyimpan 2 buku itu ke dalam plastik.

"Tapi uang itu kan masih kurang, Pak. Nanti saya hutang," kata saya.

"Uang 20.000 itu sudah lunas kok. Yang penting bukunya dibaca," tandasnya.

Di sepanjang jalan pulang, di angkot, saya tidak habis mensyukuri apa yang baru saja saya peroleh. Bukan karena mendapatkan harga semurah-murahnya, tapi karena pelajaran penting tentang makna menjadi kaya. Ternyata, orang yang kaya bukanlah orang yang banyak uangnya, tapi orang yang dalam keterbatasannya masih mampu memberi kepada yang lainnya. Saya mungkin tidak akan mendapatkan pelajaran sepenting ini jika saya hanya tau menyambangi toko buku modern yang justru meraup keuntungan dengan menarik biaya display setinggi-tingginya dan menimpakan beban biaya ini kepada para pembeli setianya.

Meski tidak semua pemilik lapak buku bekas memikili kekayaan seperti bapak yang saya temui dulu, tapi setidaknya di lapak buku bekas orang masih bisa menemukan ekspresi kemanusiaan yang spontan, yang--di zaman kemasan seperti sekarang--semakin jarang dijumpai. Dan, meski tidak semua lapak buku bekas menawarkan harga buku yang murah, terutama jika buku yang dijual bersifat collectible, namun saya yakin masih banyak buku-buku bekas yang dijual dalam harga miring dibandingkan harga di toko buku umumnya. Namun, saat ini, ketika interaksi orang diminimalkan oleh komputer, barcode, dan papan informasi, lapak buku bertahan pada mode komunikasi yang dinamis di antara penjual dan pembeli. Dan ketika segala hal direduksi menjadi sekadar transaksi jual beli, di lapak buku bekas seseorang bahkan bisa mendapatkan tidak hanya buku yang dicari tapi juga keakraban bahkan, tak jarang, pertemanan yang karib di antara pemilik lapak dan pelanggan-pelanggannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun