***
Kadang, ketika hidup tak berjalan begitu mulus. Seringkali keluhanlah yang keluar dari mulut, terpikir dari pikiran, dan terasa dalam hati. Wajarlah, namanya manusia. haha. mungkin itulah yang biasa kita katakan. Ketika matahari yang biasa bersinar terang seolah tersenyum pada kita, berubah menjadi terik panas menyengat dan menyeringai. Saat itu mungkin hati sedang terlalu penat dan otak sedang over muatan. Lalu tiba-tiba mendung datang, guntur menggelegar, hujan deras tak ayal tumpah ke daratan. Dan, badan kuyup basah oleh keringat seketika menggigil kedinginan oleh dinginnya air hujan yg ganas menghujam. Tak ada naungan, karena pemilik hati dan pikiran itu sedang mendaki sebuah gunung, di sebuah tanjakan curam, cadas, bebatuan tak bernaung. Maka alhasil seoalh hanya ada dingin, lelah, lapar, marah, gelisah, dan takut, yang tersisa.
Jurang curam berkeliaran
Tanda bahaya sana sini
Padang rumput lembut hijau
Itupun tiada tertampak
Ketika terik menyengat dan hujan badai tak henti-hentinya kala itu. Seolah Goa kecil dibalik betuan gunung itu adalah tempat terakhir yg nyaman. 'ah sudahlah, lupakan saja semuanya' ah, itupun sebuah kalimat wajar, yang terucap oleh seorang yang menggigil, kelaparan tak berteman di sebuah gunung nan terjal dan curam.
hujan badai lagi. panas super terik lagi. hujan badai lagi. panas super terik lagi.
'oh tuhan, aku berhenti saja disini'
Jangan...
Lalu suatu pagi, bangunlah dan keluarlah dari goamu. Lihatlah keluar, langit biru terang menyambut matahari yang pastinya bersinar hangat di pagi hari itu.