merdeka setelah perang dunia kedua ini. Tentunya, banyak tugas yang harus di selesaikan oleh negara terhadap permasalahan yang terjadi pada warga negaranya.
Pada tahun 2023 ini, Indonesia menginjak usia ke 78. Bukan usia yang muda bagi negara yang pertama kaliMenjelang bulan agustus, masyarakat Indonesia disibukan dengan berbagai macam persiapan menyambut bulan kemerdekaan yang akan diperingati dengan berbagai macam agenda yang dipersiapkan. Wajarnya, hal itu terjadi pada tingkat Rukun Tetangga (RT) ataupun Rukun Warga (RW). Mulai dari rapat antar warga, melabur (mengecat menggunakan kapur tembok) jalanan, menghiasi jalan, rumah dengan berbagai ornamen dengan nuansa kemerdekaan seperti bendera serta yang lainnya. Hingga mempersiapkan berbagai kegiatan seperti lomba-lomba yang diikuti oleh masyarakat dari berbagai usia. Seperti orang tua, bapak-bapak, ibu-ibu, remaja hingga anak-anak, bahkan karnaval.
Namun, menjadi sebuah pertanyaan penting namun sering di abaikan. Mengapa rangkaian peringatan hari kemerdekan jauh dari makna merdeka itu sendiri ? bahkan dari berbagai kegitan, seringkali tak terdapat refleksi terhadap semangat memperjuangakan kemerdekaan yang dulu dilakukan oleh para pejuang.Â
Rangkaian kegiatan yang dilakukan hanya sebatas euforia tahunan yang dilaksanakan di bulan agustus yang tak terdapat substansi semangat juang yang sampai pada masyarakat. Hal tersebut pun sudah menjadi sebuah kewajaran yang dianggap sangat biasa. Tidak adanya kesadaran mengenai substansi nilai oleh masyarakat menjadi hal yang biasa.
Hingga saat ini, penulis belum menemukan sumber konkret seperti jurnal ilmiah yang membahas mengenai sejarah munculnya perayaan kemerdekaan. Sumber hanya dapat diketahui dari beberapa website dan kutipan buku.Â
Salah satunya ialah yang bersumber dari tagar.id. Pada website tersebut, dijelaskan mengenai sejarah dari perayaan kemerdekaan yang diperingati dengan lomba-lomba dan juga pendapat dari seorang pemerhati sejarah yang bernama Rukardi. Sebenarnya, peringatakan kemerdekaan sudah dilakukan sejak setelah Indonesia merdeka. Namun tak merata di seluruh Indonesai dikarenakan masih banyaknya wilayah yang dikuasai oleh sekutu sehingga banyak perayaan yang diperingati dengan cara diam-diam. Dikutip dari Kronik Revolusi Indonesia jilid II karya Pramoedya Ananya Toer, perayaan pasca kemerdekaan dilakukan dengan menghias rumah serta gedung dengan menggunakan janur kuning dan dedaunan.
Sampai akhirnya kegiatan perayaan semakin marak dilaksanakan dimuka umum setelah periode tahun 1950-an. Pada saat itu perayaan dilaksanakan dengan perlombaan, pemasangan atribut nuansa kemerdekaan. Kurang lebih hampir sama dengan yang saat ini terjadi. Ragam kegiatan yang dilaksanakan sebagai bentuk ekspresi bahagia masyarakat Indonesia yang akhirnya terlepas dari genggaman penjajan setelah sekian ratus tahun.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, 78 tahun setelahnya yakni sekarang pada tahun 2023. Tentu saja bukan waktu yang sebentar dan sudah sangat banyak sekali perubahan yang terjadi di negara ini.Â
Kegiatan lomba-lomba yang telah dilakukan semenjak pasca kemerdekaan yang masih dilaksankan hingga saat ini tentunya telah menimbulkan berbagai interpretasi. Salah satunya ialah informasi mengenai sejarah lomba panjat pinang yang konon katanya pada masa dahulu, dilaksanakan oleh orang belanda untuk menertawakan dan menjadikan hiburan dengan mempertontonkan masyarakt pribumi yang saling berebut hadiah. Terlepas dari betul atau tidaknya informasi tersebut, banyak warga Indonesia yang mempercayainya.
Selain itu terdapat pula Carnaval sebagai bentuk Euphoria masyarakat. Carnaval dilakukan dengan menampilkan berbagai macam pertunjukan. Namun, banyak hal yang patut menjadi sebuah evaluasi. Apakah yang ditampilkan memiliki nilai yang merepresentasikan budaya, masyarakat Indonesia. Tak lupa juga merefleksi kan semangat Juang para pahlawan seperti saat memperjuangkan kemerdekaan.
Sangat disayangkan, banyak pertunjukan yang tidak memiliki substansi atau nilai bahkan nampak terlihat amoral. Penulis pernah berfikir "apa yang hendak dikatakan oleh para pejuang kemerdekaan dulu. Jika seperti seorang jendral Sudirman, Ir Soekarno, Mohammad Hatta, Ir Juanda juga pahlawan yang lainnya melihat kondisi ini? Sepertinya mereka sangat sedih dan prihatin".