Mohon tunggu...
Petrikor kota
Petrikor kota Mohon Tunggu... Supir - Jejak bersajak

Terlahir tanpa kata Berakhir dengan cerita

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Wanita di Bulan Penghujan

1 Juli 2022   02:07 Diperbarui: 1 Juli 2022   02:16 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak cerita dan perjalanan larut yang pernah kita lewati
Ada kisah asmara yang pernah aku sadari
Kita pernah tenggelam dalam malam yang penuh drama
Namun kita tidak saling mengerti hadirnya hujan

Jika mentari yang kau padamkan untuk derasnya hujan
Mengapa hangat pelukku tak kau lepaskan dalam tarian deras ?
Rintikan cerita yang membasahi pikiran ketika mentari kau pertaruhkan, ternyata tidak membuat hujan menjadi abadi
Bahkan kini kau menjadi petir di siang bolong
Lalu membakar rupa mu yang begitu sejuk

Meskipun kita tidak mengerti apa yang terjadi setelah hujan
Namun aku takut mendengar kabar badai
Jika aku mentari yang menghangatkan
Ku berharap pada hujan yang menyejukkan
Hadirlah engkau dalam bentuk berkah mu
Meskipun aku bersembunyi dalam selimut langit - langit penuh cerita

Duhai wanita di bulan penghujan
Sampai jumpa dalam pekatnya mendung
Meski pernah meleburkan aroma pretikor dalam pipimu
Namun kau bukan hujan yang kurindukan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Topik Dialog

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun