Mohon tunggu...
Petrikor kota
Petrikor kota Mohon Tunggu... Supir - Jejak bersajak

Terlahir tanpa kata Berakhir dengan cerita

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bunga Duka

1 Februari 2021   20:54 Diperbarui: 1 Februari 2021   21:08 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kayu yang tertancap di atas taburan bunga
Alangkah baiknya jangan terus terisak di atas nama
Masih banyak yang belum kau selesaikan dengan nyata
Biarkan guguran bunga itu berlahan hilang wangi dan mengering

Waktu tidak akan pernah menunggu
Jangan pula berlari mengejar waktu
Seorang pemenang lah yang wajib menunggu
Agar tak jadi pecundang yang terbelenggu

Dari banyak selepas bunga mengering cacing cacing menari lenggok riang
Sambut menyambut bibir nanar menjawab teman yang hilang
Bercak membiru bekas cemeti setangkai bunga sebatang
Berhambur jatuh kelopak bunga yang matang
Tiga langkah patah arang ketika bunga masih berdiri tegak menantang

Gugur bunga
Gugur di tabur di atas ruang kamar abadi
Senandung cahaya di sulaman bayang kepala
Bibit bunga tumbuh bergoyang harum mewangi
Terekam bunga hitam putih mekar di atas sajadah
Bersemi di malam sunyi tersiram air mata embun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun