Ditambah lagi budaya masyarakat yang belum sepenuhnya memiliki kesadaran pengolahan sampah. Sebagian besar masih membakar sampah secara tradisional, bahkan sampah plastikpun dibakar. Hal ini yang menggugah pak Zane untuk mengajak dan mendidik masyarakat di sekitar Krui agar peduli pada lingkungan, khususnya sampah.
Pak Zane kemudian mendirikan Yayasan Krui Kecahko bersama beberapa warga lokal. Krui Kecahko ini memiliki misi untuk menjaga kebersihan dan lingkungan di sekitar pantai.Â
Saya diajak pak Zane untuk menengok tempat pengolahan sampah yang dikelola Krui Kecahko. Di sana, sampah-sampah yang dikumpulkan masyarakat dipisahkan, diolah, ada yang dijadikan kompos, dan sampah plastik dipisahkan. Saat ini sedang diuji coba membuat paving block dari sampah plastik. Sebuah upaya yang perlu diapresiasi.
Saya juga bertemu dengan pemerintah kabupaten, dinas lingkungan hidup, kepala sekolah MAN 1 Pesisir Barat. Umumnya semua memiliki kepedulian yang sama terkait sampah. Mereka terus melakukan edukasi ke sekolah-sekolah agar masyarakat sejak dini sudah mulai sadar kebersihan lingkungan. Sinergi dan koordinasi antar elemen di Pesisir Barat ini sangat dibutuhkan agar lingkungan dapat terjaga sehingga keindahan Pesisir Barat tidak rusak atau terdegradasi karena lingkungan yang rusak.
Tak mudah memang, utamanya dalam mengubah kultur masyarakat yang sudah berpuluh-puluh tahun. Namun kalau tidak kita mulai, kita akan terus melihat degradasi lingkungan semakin nyata.Â
Pak Zane menyadarkan kita, bahwa orang asing saja peduli pada sampah di depan halaman kita. Mengapa kita tidak? Jadi marilah kita dukung upaya-upaya seperti Pak Zane ini, termasuk kita mulai dari diri kita sendiri. Misalnya tidak membuang sampah sembarangan. Salam lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H