Saya pertama kali bertemu dengan mas Duha pada tahun 2012 di Okayama, Jepang. Saat itu sedang ada seminar wirausaha, saya menjadi salah satu pembicara. Mas Duha bersama kawan-kawan datang dari Osaka.Â
Ya, ia bekerja sebagai Jisshushei (sebutan untuk pekerja yang magang di Jepang) di salah satu pabrik pengelasan Yosetsu di kota Osaka. Tugas Duha saat itu adalah memotong besi. Ia bekerja dan mencari pengalaman di Jepang selama 3 tahun.
Hubungan kita selanjutnya hanya bertaut di media sosial dan saling menyapa sesekali. Saya mendengar saat baru kembali ke tanah air, Mas Duha memiliki semangat untuk melakukan wirausaha bermodalkan pengalaman dan tabungannya selama di Jepang.Â
Semangat wirausaha ini  ditanamkan pada para pekerja magang dari Indonesia yang berangkat ke Jepang. Harapannya tentu agar mereka bisa mandiri dan meningkatkan taraf kehidupan dirinya beserta keluarga sekembalinya ke tanah air. Sayang kan kalau sudah memiliki modal dan pengalaman, lalu kembali ke tanah air hanya menghabiskan tabungan untuk kebutuhan konsumtif, lalu menganggur.
Mas Duha termasuk orang yang tidak mau seperti itu. Dari penuturannya ke saya, terlihat semangat "gambatte" atau pantang menyerah orang Jepang menggelora dalam dirinya. Ia pun memulai bisnis konveksi, mulai dari pakaian, kaos, topi, dan sejenisnya.Â
Awal memulai usaha lumayan lah, banyak pesanan. Mulai dari  kebutuhan korporasi hingga acara-acara yang membutuhkan seragam, dapat dipasok oleh Mas Duha. Pernah katanya, ia mendapat order besar dari salah satu bank BUMN senilai Rp. 750 juta. Selain itu, ia juga sempat melakukan ekspor ke Jepang, Korea, Taiwan, hingga Qatar. Bisnis yang menjanjikan dan memberikan harapan.
Namun apa daya, pandemi Covid-19 menimpa kita semua. Perekonomian lesu. Tahun 2020 lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi minus 2,07 persen. Konsumsi dan Investasi termasuk sektor yang terpukul pandemi. Padahal sektor itu menyumbang lebih dari 80 persen perekonomian.Â
Ditambah dengan daya beli yang turun, dampaknya pada beberapa usaha kecil sangat dirasakan. Tentunya kita mengapresiasi langkah pemerintah yang berusaha melakukan langkah-langkah pemulihan ekonomi nasional, meski perbaikannya tidak secepat yang kita inginkan. Kita harus terus semangat dan bersabar.
Menghadapi suasana itu, bagi  para pengusaha kecil, kreativitas sangat dibutuhkan. Pandemi juga memukul bisnis konveksi mas Duha. Pesanan jauh menurun dibandingkan sebelum pandemi. Ia pun pusing memutar otak setiap hari, bagaimana mengatasi permasalahan ini. Sampai pada suatu hari ia memperhatikan kebiasaan orang di masa pandemi ini.Â
Konsumsi masyarakat memang turun, tetapi ia melihat di beberapa sektor masih bagus, bahkan meningkat. Salah satunya adalah sektor buah-buahan dan makanan. Segmen pasar premium atau menengah ke atas juga tidak terganggu konsumsinya di masa pandemi ini, khususnya di sektor belanja buah-buahan dan makanan.