Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja sebagai Direktur Departemen Komunikasi BI dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Pegawai BI (IPEBI). Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Pulang dari Jepang, Kini Jualan Durian

13 Maret 2021   19:38 Diperbarui: 30 Maret 2021   13:27 2237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kios Durian. Foto oleh Roderick Adrian Mozes/KOMPAS.COM

Saya pertama kali bertemu dengan mas Duha pada tahun 2012 di Okayama, Jepang. Saat itu sedang ada seminar wirausaha, saya menjadi salah satu pembicara. Mas Duha bersama kawan-kawan datang dari Osaka. 

Ya, ia bekerja sebagai Jisshushei (sebutan untuk pekerja yang magang di Jepang) di salah satu pabrik pengelasan Yosetsu di kota Osaka. Tugas Duha saat itu adalah memotong besi. Ia bekerja dan mencari pengalaman di Jepang selama 3 tahun.

Hubungan kita selanjutnya hanya bertaut di media sosial dan saling menyapa sesekali. Saya mendengar saat baru kembali ke tanah air, Mas Duha memiliki semangat untuk melakukan wirausaha bermodalkan pengalaman dan tabungannya selama di Jepang. 

Semangat wirausaha ini  ditanamkan pada para pekerja magang dari Indonesia yang berangkat ke Jepang. Harapannya tentu agar mereka bisa mandiri dan meningkatkan taraf kehidupan dirinya beserta keluarga sekembalinya ke tanah air. Sayang kan kalau sudah memiliki modal dan pengalaman, lalu kembali ke tanah air hanya menghabiskan tabungan untuk kebutuhan konsumtif, lalu menganggur.

Mas Duha termasuk orang yang tidak mau seperti itu. Dari penuturannya ke saya, terlihat semangat "gambatte" atau pantang menyerah orang Jepang menggelora dalam dirinya. Ia pun memulai bisnis konveksi, mulai dari pakaian, kaos, topi, dan sejenisnya. 

Mas Doa Duha, Yen, dan Durian / foto koleksi FB Doa Duha
Mas Doa Duha, Yen, dan Durian / foto koleksi FB Doa Duha

Awal memulai usaha lumayan lah, banyak pesanan. Mulai dari  kebutuhan korporasi hingga acara-acara yang membutuhkan seragam, dapat dipasok oleh Mas Duha. Pernah katanya, ia mendapat order besar dari salah satu bank BUMN senilai Rp. 750 juta. Selain itu, ia juga sempat melakukan ekspor ke Jepang, Korea, Taiwan, hingga Qatar. Bisnis yang menjanjikan dan memberikan harapan.

Namun apa daya, pandemi Covid-19 menimpa kita semua. Perekonomian lesu. Tahun 2020 lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi minus 2,07 persen. Konsumsi dan Investasi termasuk sektor yang terpukul pandemi. Padahal sektor itu menyumbang lebih dari 80 persen perekonomian. 

Ditambah dengan daya beli yang turun, dampaknya pada beberapa usaha kecil sangat dirasakan. Tentunya kita mengapresiasi langkah pemerintah yang berusaha melakukan langkah-langkah pemulihan ekonomi nasional, meski perbaikannya tidak secepat yang kita inginkan. Kita harus terus semangat dan bersabar.

Menghadapi suasana itu, bagi  para pengusaha kecil, kreativitas sangat dibutuhkan. Pandemi juga memukul bisnis konveksi mas Duha. Pesanan jauh menurun dibandingkan sebelum pandemi. Ia pun pusing memutar otak setiap hari, bagaimana mengatasi permasalahan ini. Sampai pada suatu hari ia memperhatikan kebiasaan orang di masa pandemi ini. 

Konsumsi masyarakat memang turun, tetapi ia melihat di beberapa sektor masih bagus, bahkan meningkat. Salah satunya adalah sektor buah-buahan dan makanan. Segmen pasar premium atau menengah ke atas juga tidak terganggu konsumsinya di masa pandemi ini, khususnya di sektor belanja buah-buahan dan makanan.

Ia merasa di Jakarta ini sulit sekali mendapatkan buah durian yang berkualitas tinggi. Nah, berdasarkan pengalaman masa mudanya yang pernah menjadi petani kebun, dan juga karena ia memiliki sedikit lahan kebun, mulailah Duha terjun ke bisnis Durian Premium. Branding yang diusungnya adalah "Durian Nylekamin". Ia mulai memasarkan durian ini di media sosial dan menawarkannya pada beberapa tokoh serta artis.

"Alhamdulillah, ternyata di tengah pandemi ini permintaan durian malah melejit mas, omzet saya naik signifikan", begitu ujar Mas Duha saat ngobrol dengan saya. Luar bisa, komentar saya. Ya, saya kagum dengan kegigihan dan kemampuan bertahan dari Mas Duha di tengah pandemi ini. Semangat orang-orang seperti ini yang dibutuhkan oleh negara kita. Kreatif dan lembam dalam menghadapi perubahan.

Duha mungkin bukan seorang anak muda yang mencoba bisnis start-up dan bercita-cita jadi Unicorn. Ia hanya seorang petani dan penjahit konveksi yang ingin berwiraswasta dan memberi kontribusi pada kehidupan masyarakat. "Saya sering lihat orang ingin makan durian, tapi jelek-jelek mas. Kasihan kan. Jadi saya ingin menyajikan durian-durian kualitas premium bagi mereka", celetuk Duha menutup perbincangan kita pagi itu.

Kawan ingin makan durian? Saya rekomendasikan coba Durian Nylekamin milik Mas Duha ini, karena kita bukan sekedar makan durian, tetapi juga menikmati sebuah cerita perjalanan. Dari Jepang, hingga Jualan Durian. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun