Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung. Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Robin Lim dan Kematian Ibu Melahirkan

25 April 2016   06:05 Diperbarui: 25 April 2016   12:22 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Robin Lim. Kompas.com

Robin Lim begitu terpukul saat mendengar adiknya meninggal karena kehamilan yang tidak tertangani dengan baik. Padahal adiknya tinggal di Amerika Serikat, yang konon tekhnologi kedokterannya lebih canggih. 

Sayangnya, dokter yang menanganinya saat itu tidak tanggap dan meremehkan penyakit darah tinggi pada kehamilan. Kejadian puluhan tahun lalu itu menggores perasaan dan menjadi pemicu bagi Robin Lim untuk mendedikasikan hidupnya membantu para ibu dalam persalinan.

Ibu Robin, begitu ia dipanggil, di usianya yang ke 60 tahun, sore itu menerima kami di klinik Yayasan Bumi Sehat yang dibangunnya sejak tahun 2005. Bersama kawan-kawan seangkatan di kantor, kami mengunjungi klinik sederhana yang dibangun oleh Ibu Robin di Ubud untuk membantu persalinan gratis bagi kaum perempuan yang tidak mampu. 

Sudah ratusan ribu ibu hamil dibantunya melalui "gentle birthing", atau metode melahirkan alami. Ibu Robin menganjurkan agar bayi dapat lahir alami dan diberikan Air Susu Ibu (ASI) ekslusif, bukan susu formula.

Dalam bincang sore itu, Ibu Robin banyak berbagi cerita. Mulai dari latar belakang ayahnya yang pernah tinggal di Ubud pada tahun 1960-an, hingga kemudian hal itu membawanya memilih Ubud sebagai tempat tinggal saat ini.

Dengan latar belakang bidan lulusan dari AS, Ibu Robin lalu banyak membantu warga Ubud menjalani proses persalinan sejak 20 tahun lalu. Ia awalnya prihatin dengan banyaknya angka kematian akibat ibu melahirkan di Ubud. 

Awalnya ia membantu persalinan dari rumah ke rumah. Namun seiring dengan semakin banyaknya pasien, ia mendirikan klinik dan Yayasan Bumi Sehat. Hal yang menarik, semua pasien yang tidak mampu, dapat melahirkan gratis di tempat itu. Meski demikian proses subsidi silang terjadi karena ada juga pasien mampu yang ingin melahirkan di klinik Bumi Sehat.

[caption caption="Bersama Ibu Robin di Klinik Bumi Sehat, Ubud, Bali"]

[/caption]Berkat ketekunan dan dedikasinya itu, pada tahun 2011 lalu, Ibu Robin meraih penghargaan dari stasiun televisi CNN sebagai CNN Hero of The Year.

Proses menerima penghargaan dari CNN ini menarik. Suatu dini hari, CNN Pusat di AS menelepon Ibu Robin di Ubud. Karena lelah membantu persalinan beberapa hari berturut, dan mengetahui panggilan telpon itu bukan darurat, Ibu Robin menolak telpon tersebut. 

Namun pihak CNN terus mencoba. Setelah beberapa kali, melalui suaminya, CNN memberitahu bahwa akan ada hadiah 50.000 dolar AS apabila masuk nominasi 10 besar. Ibu Robin pun mulai berpikir.

Kliniknya memang sangat membutuhkan dana. Pasien semakin banyak, sementara biaya operasional meningkat. Selain itu, sewa klinik juga hampir habis. Klinik selama ini hanya mengandalkan dana dari donatur. 

Oleh karenanya, ia bersyukur karena ternyata ia bukan hanya masuk 10 besar CNN Hero, namun justru menjadi nomor satu dan meraih tambahan hadiah 250.000 dolar AS.

Dana itu kemudian digunakan untuk membeli tanah dan membangun klinik tetap, sehingga tidak perlu menyewa tempat lagi. Bantuan dari donatur pun mulai datang. Namun Ibu Robin tetap punya prinsip, tidak semua dana bisa diterima, meskipun klinik membutuhkan.

Satu perusahaan susu formula pernah ingin membantu klinik dengan jumlah besar. Meskipun dananya dibutuhkan, dan para bidan mendesak untuk menerima dana itu, Ibu Robin menolak dengan halus. Hal itu karena perbedaan prinsip antara semangat ASI Ekslusif yang diperjuangkan dengan susu formula.

"Kalau saya terima uang itu, artinya saya korupsi," demikian Ibu Robin menutup perbincangan sore itu. Kitapun terpana dan kagum. Dedikasi, pengabdian, tapi juga sekaligus teguh memegang prinsip, menyatu dalam semangat kemanusiaan Ibu Robin.

Kalau Ibu Robin, yang warga negara AS, begitu peduli pada kehidupan kaum perempuan di Indonesia, seharusnya kita juga lebih peduli.

Menutup sore itu, kita diajak mengunjungi kamar persalinan, melihat bayi-bayi yang baru lahir, serta meninjau klinik yang kecil, namun kaya dan penuh dengan senyum dan cinta kasih. Hal paling dibutuhkan dari bayi yang lahir ke dunia.

Salam (JH)

[caption caption="Bersama kawan Seangkatan Pendidikan Angkatan 18 Berkunjung ke Ibu Robin Lim di Bumi Sehat"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun