Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja sebagai Direktur Departemen Komunikasi BI dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Pegawai BI (IPEBI). Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Balik Hambatan Mental Itu, Ada Kelebihan

14 Desember 2013   10:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:56 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_298616" align="aligncenter" width="626" caption="Bu Risma, Walikota Surabaya, bersama anak tuna grahita di depan lukisan berjudul "][/caption]

Di balik kekurangan, pasti ada kelebihan. Itulah keadilan Tuhan pada umatnya. Tadi malam (13/12), saya menghadiri pameran lukisan karya anak-anak yang memiliki hambatan mental (tuna grahita) dan penyandang masalah kesejahteraan sosial, di Balai Pemuda, Surabaya.

Acara dibuka oleh Tri Rismaharini, Walikota Surabaya, dan dihadiri oleh puluhan anak-anak penyandang tuna grahita.Suasana pameran, yang biasanya terkesan formal, malam itu sungguh bernuansa kekeluargaan. Saat anak-anak melihat Ibu Risma, panggilan akrab wallikota Surabaya, mereka berebut memeluknya sambil berteriak, “Ibu Risma, Ibu Risma, minta donat… aku minta kue”. Bu Risma merangkul dan memeluk mereka secara bergantian.

Keakraban itu terjalin karena anak-anak tuna grahita dan anak jalanan yang malam itu menggelar pameran lukisan adalah binaan Pemerintah Kota Surabaya. Sebagian besar dari mereka ditemukan oleh Satpol PP Kota Surabaya di jalanan lampu merah, atau stasiun-stasiun bis dan kereta. Beberapa dari mereka lahir tidak dikehendaki oleh orang tuanya sehingga dibuang di jalan karena enggan menanggung malu.

Ibu Risma dan Pemkot Surabaya lalu merawat mereka, mengambil mereka dari jalanan, menyediakan pondok sosial, lalu membina kehidupannya. Pondok Sosial Kalijudan Surabaya disediakan bagi anak berkebutuhan khusus (tuna grahita) dan anak-anak berprestasi dari keluarga tak mampu. Awalnya, kata Ibu Risma, anak-anak itu sangat nakal dan susah diatur. Tapi dengan sabar mereka diberi bimbingan oleh para pengasuh, psikolog, dokter, maupun seniman yang peduli.

Setelah beberapa tahun dibina, lihatlah kondisi mereka sekarang.

Di balik kekurangannya, mereka ternyata punya kelebihan yang luar biasa. Mereka mampu menghasilkan karya-karya lukis yang sungguh ekspresif dan natural, tak kalah dari anak-anak lain seusianya. Saat melihat karya lukis anak-anak itu, nampak ekspresi kanvas yang menggambarkan sebuah pengalaman atau kerinduan pada berbagai hal.

Neneng misalnya, melukis figur perempuan misterius, yang mencerminkan kerinduan pada sosok Ibu yang tak pernah diketahui bentuk rupanya. Neneng ditemukan oleh Satpol PP saat sedang mengamen di perempatan jalan Dupak pada tahun 2008. Setelah dilatih dan dibina, ia mulai dapat mengekspresikan perasaannya, kerinduan pada wajah Ibu, pada kanvas lukis.

Ada lagi yang menggambar impian, cita-cita, keinginan jadi dokter, tentara, bahkan pengalaman masa lalu mengamen di jalan raya dan stasiun kereta. Ada seorang anak bernama Omay, yang sangat ekspresif dan lincah berlari dan menari ke sana ke mari. Omay ditemukan juga sedang mengamen di jalanan pada tahun 2010. Karya dari Muslimah, yang oleh kawan-kawannya dipanggil So’imah juga mengesankan. Ia mampu mengekspresikan perasaannya pada kanvas secara detil. Pengalaman rasa, pemandangan, suasana hati, tergambar jelas dari lukisan So’imah.

[caption id="attachment_298618" align="aligncenter" width="626" caption="Pohon Kehidupan, lukisan karya Muslimah, seorang anak Tuna Grahita di Surabaya / photo junanto"]

13869901321750646804
13869901321750646804
[/caption]

Problema anak jalanan, atau anak yang memiliki keterbelakangan mental, adalah masalah yang sering dihadapi kota besar. Di Surabaya, mereka bersyukur karena dapat dibina oleh pemerintah kota, diangkat harkat dan martabatnya, agar kehidupannya lebih baik dibanding masa lalunya.

Cobalah tengok jalan-jalan dan lampu merah di kota Surabaya. Saya tidak pernah menemukan pengamen, pengemis, ataupun anak-anak yang mengelap kaca mobil. Mereka telah dibina untuk mengembangkan kreativitas berseni rupa agar bisa mengungkap isi hati dan bakatnya. Untuk itu, psikolog, dokter, dan beberapa seniman seperti Mas Agus Koecink dari Art Surabaya, memberi pendampingan secara sabar dan tekun pada anak-anak jalanan itu.

Pameran lukisan yang bertema “Believe” menjadi sebuah pembuktian bahwa tidak ada anak yang tak punya kelebihan. Bahkan mereka yang memiliki keterbelakangan mental sekalipun, memiliki kelebihan. Hal yang terpenting, menurut walikota Surabaya, adalah kita harus percaya, bukannya malah menyisihkan atau mencampakkan anak-anak itu di jalanan.

Menurut Bu Risma, sudah ada beberapa pengusaha yang ingin memborong lebih dari seratus lukisan anak-anak itu. Padahal jumlah lukisan yang ditampilkan belum banyak. Anak-anak Panti Asuhan itu tentu tidak bisa dipaksa untuk melukis karena mereka bukan melukis untuk uang. Mereka melukis karena ingin melukis. Ada sih yang lucu, menurut Ibu Risma. Seorang anak yang baru mau melukis kalau “disogok” terlebih dahulu dengan nasi bebek.

Nah, kalau anda di Surabaya, silakan kunjungi pameran lukisan anak-anak tuna grahita ini. Pameran berlangsung di Balai Pemuda Surabaya, dari tanggal 13 hingga 16 Desember 2013.

Datanglah, dan kalau ada rezeki, koleksilah lukisan anak-anak yang hebat ini. [caption id="attachment_298619" align="aligncenter" width="580" caption="Anak-anak berfoto bersama Bu Risma di depan lukisan karya Neneng"]

138699021712346833
138699021712346833
[/caption] [caption id="attachment_298621" align="aligncenter" width="538" caption="Omay (tengah), yang paling lincah dan semangat. Ia ditemukan sedang mengamen di jalanan pada tahun 2010. Kini ia sudah pandai melukis, mengaji, dan menari"]
13869905601441206244
13869905601441206244
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun