Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja sebagai Direktur Departemen Komunikasi BI dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Pegawai BI (IPEBI). Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Yamashita-san Berkorban Demi Indonesia

17 Agustus 2012   02:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:38 2350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_200704" align="aligncenter" width="538" caption="Yamashita-san (paling kiri) memandangi foto masa lalu di Indonesia bersama kawannya saat upacara HUT RI ke-67 di Tokyo / photo junanto"][/caption]

Namanya Yamashita-san. Orang Jepang asli. Usianya sudah 92 tahun. Jalannya mulai payah dan bicaranya sedikit terbata-bata. Tapi kecintaannya pada Indonesia, jangan ditanya.Meski panas menyengat di kota Tokyo, Yamashita-san tetap datang ke Wisma KBRI Tokyo untuk mengikuti upacara peringatan HUT-RI ke-67.

“Tujuh puluh tahun lalu, saya bertugas di Surabaya”, cerita Yamashita-san pada saya, sambil menunjukkan foto masa mudanya di Surabaya.Saat itu usianya masih 22 tahun. Ia ikut dalam rombongan orang Jepang ke Indonesia. Tapi ia tidak bertugas di militer. Banyak juga orang Jepang yang datang ke Indonesia pada masa itu, bertugas sebagai tekhnisi, guru, ataupun pekerja biasa.

Yamashita-san sungguh menyesalkan terjadinya Perang Dunia ke-II yang menyimpan kisah suram antara Indonesia dan Jepang. Padahal hubungan Jepang-Indonesia tidak melulu soal perang. Banyak kisah sosial, budaya, perdagangan, dan pendidikan di antara kedua negara, yang tertutup oleh kekejaman perang.

Kecintaan Yamashita-san pada Indonesia menjadikannya terus menerus aktif dalam kegiatan di Asosiasi Persahabatan Jepang Indonesia (Japindo).Asosiasi ini aktif di berbagai kegiatan sosial antara kedua negara.

Hari ini, Yamashita-san, datang bersama rekan-rekannya yang juga aktif di Japindo, yaitu Kato-san (82 tahun) dan Imazawa-san (98 tahun). Mereka berdua juga pernah tinggal di Indonesia pada tahun 1940-an. Imazawa-san di Papua dan Maluku, sementara Kato-san mengatakan bahwa ia berada di Indonesia saat kelas 3 SMP untuk mengikuti kedua orang tuanya.

Rasa cinta ketiga orang tua Jepang tersebut pada Indonesia juga ditunjukkan dengan semangat mereka untuk menghadiri upacara HUT RI ke-67. Padahal, udara di kota Tokyo pada musim panas sangat menyengat. Suhu berkisar antara 31 hingga 34 derajat Celsius. Pemerintah Jepang bahkan sudah memperingatkan orang-orang tua untuk tetap berdiam di dalam rumah guna menghindari hal yang tidak diinginkan, seperti serangan “heat-stroke”, atau “netsucho” dalam bahasa Jepang.

Namun Yamashita-san tak mau diam di rumah. Baginya, upacara 17 Agustus adalah sebuah tempat baginya untuk menunjukkan kecintaannya pada Indonesia. Iapun hadir di tengah upacara.

[caption id="attachment_200705" align="aligncenter" width="409" caption="Yamashita-san menunjukkan foto masa mudanya di Surabaya, tahun 1940-an / photo junanto"]

1345169800128438922
1345169800128438922
[/caption]

Upacara di Wisma KBRI Tokyo dimulai pada pukul 8.00 pagi, dipimpin langsung oleh Inspektur Upacara, Dubes RI untuk Jepang, Muhammad Lutfi.

Saat upacara berlangsung, matahari terik menyengat. Yamashita-san saya lihat berdiri saat bendera merah putih dikibarkan. Namun tak lama, ia duduk terkulai. Yamashita-san tak sadarkan diri. Kato-san dan Imazawa-san berusaha menolong dan memberikannya minuman. Tapi Yamashita-san tak bereaksi.

Petugas upacara kemudian mendatangi dan memapah Yamashita-san yang terlihat lemah. Tim dokter membantunya memberi alat bantu oksigen dan minum. Alhamdulillah, berkat juga kesigapan tim dokter, Yamashita-san akhirnya sadar. Ia bisa berbicara kembali. Kita semua lega.

Melihat semangat Yamashita-san untuk datang upacara, sebagai orang Indonesia saya jadi malu. Banyak dari kita, terutama anak-anak muda, yang terlihat enggan melakukan upacara bendara. Apalagi cuaca saat ini panas dan sedang berpuasa. Tak sedikit saya lihat di status bbm atau twitter yang mengatakan dirinya malas upacara, pegel, panas, dan aneka alasan lainnya.

Tapi dari apa yang terjadi pada Yamashita-san hari ini, saya belajar makna baru tentang cinta tanah air. Di tengah musim panas yang menyengat, Yamashita-san rela mengambil risiko terkena serangan panas demi menunjukkan cintanya pada negeri Indonesia. Kalau orang Jepang saja begitu besarnya cinta pada negeri kita, selayaknyalah kalau cinta kita harus lebih besar lagi. Dan cinta itu, tak cukup di kata. Ia harus ditunjukkan dalam perbuatan.

Selamat Hari Ulang Tahun Indonesia ke-67. Dirgahayu ! [caption id="attachment_200706" align="aligncenter" width="538" caption="Upacara HUT RI ke-67 di Wisma KBRI Tokyo / photo junanto"]

13451698711613269104
13451698711613269104
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun