Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja sebagai Direktur Departemen Komunikasi BI dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Pegawai BI (IPEBI). Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ketika Jamu Menembus "Negeri Jamu"

30 Juli 2011   22:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:14 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_122450" align="aligncenter" width="614" caption="Bersama Irwan Hidayat, Presdir PT Jamu Sido Muncul di Nanjing, Cina"][/caption] Bagi orang yang merasa modern, obat tradisional jamu kerap dipandang sebelah mata. Dibandingkan dengan industri farmasi modern, industri jamu di Indonesia memang masih relatif kecil. Namun siapa sangka bahwa justru jamu inilah yang bisa mengharumkan nama Indonesia di mancanegara. Beberapa pekan lalu, saya bertemu dengan Pak Irwan Hidayat di Nanjing, Cina. Ia adalah Presiden Direktur PT Sido Muncul, produsen jamu dan obat herbal terbesar di Indonesia. Indonesia dan Cina memang terkenal dengan pengobatan tradisionalnya, termasuk obat-obatan herbal atau jamu. Oleh karenanya, kedatangan Irwan Hidayat ke Nanjing bukan tanpa maksud. Ia datang bersama tim “jamu”-nya untuk menghadiri pameran promosi dagang Indonesia yang diselenggarakan oleh KBRI Beijing. Tim jamu yang dibawa oleh Irwan, terdiri dari dokter dan seorang profesor dari Universitas Diponegoro, Semarang. Mereka sengaja diajak untuk menjelaskan aspek-aspek saintifik dari jamu. [caption id="attachment_122452" align="alignleft" width="300" caption="Masyarakat berkumpul di stand Jamu saat Pameran TTI di Nanjing, Cina / photo Junanto"]

13120649901168916649
13120649901168916649
[/caption] "Jadi, jamu bukan sekedar obat tradisional. Jamu juga memiliki dasar saintifik kedokteran modern", demikian kata Irwan Hidayat saat saya tanya kenapa harus membawa professor dan dokter. Dan siang hari itu, Irwan, bersama dengan profesor Edhi Dharma dari Universitas Diponegoro memang menjelaskan kepada para investor dan masyarakat Cina di Nanjing tentang jamu dari sisi kedokteran modern. Menghadapi persaingan dan perubahan jaman, Sido Muncul nampaknya terus menerus menyesuaikan diri. Irwan Hidayat membawa saya ke stand jamu Sido Muncul dan menjelaskan secara detail proses pembuatan jamunya, termasuk menunjukkan gambar-gambar mesin pengolahan jamu modernnya. Irwan juga mengatakan bahwa produk jamunya telah memperoleh sertifikasi Good Medicine Production Practice (CPOB) dari Departemen Kesehatan. Sertifikasi ini selangkah lebih maju dibandingkan dengan standar biasa dari industri jamu, yaitu Good Traditional Medicine Production Practice (CPOTB). Dengan demikian, produk Jamu milik Irwan Hidayat telah memiliki standar kesehatan yang sama dengan industri farmasi modern. Irwan juga menampik pandangan orang yang mengatakan bahwa produk jamunya tidak higienis dan resepnya hanya diturunkan dari zaman ke zaman. Menurut Irwan, ia justru mengembangkan terus jamu tradisional Indonesia sesuai dengan zaman. Dulu, jamu dikenal dengan rasa pahitnya dan dikhawatirkan memiliki efek samping yang berbahaya. Namun Irwan menjamin bahwa jamunya telah melewati rangkaian proses saintifik untuk mampu meraih kepercayaan konsumen. “Ya saya kan tidak mau pak, bila ada orang minum jamu saya lalu mengatakan punya dampak negatif ke ginjal”, kata Irwan. Oleh karenanya, ia mendasarkan semua produknya pada aspek saintifik. Soal rasa, jamu kini juga sudah tidak lagi terasa pahit. Bahkan ada beberapa produk untuk anak-anak yang rasanya dibuat menarik. Dilihat dari sisi penjualan, volume penjualan jamu milik Irwan Hidayat juga bukan main-main. Jamu Tolak Angin misalnya, saat ini volume penjualannya telah mencapai sekitar 4 juta dolar AS dalam sebulan. Sementara untuk Kuku Bima Energi, bisa mencapai 20 juta dolar AS dalam sebulan. Nah, dengan angka sebesar itu, tentu industri jamu bukan perkara sepele. [caption id="attachment_122451" align="alignright" width="300" caption="Peminat Produk Jamu Indonesia dari Mali / photo Junanto"]
13120649341346412620
13120649341346412620
[/caption] Irwan, yang juga merupakan generasi ketiga dari Sido Muncul, menyampaikan ambisinya untuk menjadikan Jamu Indonesia menjadi produk global di masa depan. Jamu Go Global, adalah cita-citanya. Saat ini, jamu Indonesia sebenarnya sudah banyak terdapat di mancanegara, khususnya di toko-toko Asia. Memang betul apa yang dikatakannya. Kalau saya ke toko Asia di Tokyo misalnya, berbagai produk jamu Indonesia memang banyak dan mudah didapatkan. Di Nanjing, peminat jamu Indonesia nampak membludak. Sejak pameran dibuka pagi hari, bukan saja para penonton, namun investor juga banyak yang berminat. Seorang warga negara Mali, yang sudah puluhan tahun tinggal di Nanjing, mengatakan ketertarikannya untuk mengimpor berbagai produk jamu Sido Muncul. Ia melihat prospek pengobatan tradisional Indonesia ini lebih bisa diterima oleh masyarakat Cina. Apalagi dilihat dari sisi kedokteran dan saintifik, produk jamu Indonesia ini memiliki sertifikasi kesehatan dan tidak mengandung unsur-unsur yang berbahaya. Upaya menembus pasar global, apalagi Cina, tentu sebuah tantangan besar bagi industri Jamu Indonesia. Namun keberanian dari Irwan Hidayat, beserta tim jamunya, patut kita hargai. Semoga langkah ini dapat terus bergulir dan jamu Indonesia semakin tenar di mancanegara. Selamat minum jamu. Semoga kuat dan sehat saat berpuasa nanti. Mohon maaf lahir bathin. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun