Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja sebagai Direktur Departemen Komunikasi BI dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Pegawai BI (IPEBI). Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Krisis di Akhir Hidup Seibu

17 Desember 2010   14:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:38 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_78570" align="alignleft" width="300" caption="Antrian Sale Seibu / by JH"][/caption] Seibu Department Store akhirnya tak mampu menahan deraan krisis ekonomi global. Seven & I Holding, pemilik Seibu, memutuskan untuk menutup outlet mereka yang terletak di daerah Ginza Yurakucho, Tokyo. Mulai tanggal 25 Desember 2010 ini, Seibu Yurakucho akan tinggal kenangan. Seibu, yang didirikan pada tahun 1984, sempat menjadi trendsetter para konsumen di Jepang pada jamannya. Namun, krisis global telah menyeretnya ke dalam kerugian besar. Tahun 2009 lalu, Seibu mencatat kerugian sebesar 2,2 miliar Yen. Dengan kerugian itu, Seibu harus berjuang keras untuk bertahan hidup. Penjualan yang menurun, ongkos operasional yang mahal, persaingan dari departement store lain maupun peritel murah yang marak di Tokyo, menjadi penyebab kerugian dan alasan penutupan tersebut. Seminggu sebelum penutupan, Seibu Yurakhucho pun menggelar “fire sale” untuk barang-barang yang tersisa. Dan sejak pagi hari, di sekitar stasiun Yurakucho, warga kota Tokyo ramai mengantri untuk mendapatkan sisa-sisa barang-barang yang didiskon hingga 80% tersebut. Penutupan outlet Yurakucho ini dilakukan menyusul penutupan outlet Seibu lain, seperti di Sapporo pada tahun 2009 lalu. Selain Seibu, department store Jepang seperti Matsuzakawa, Mitsukoshi, dan Takashimaya, juga mulai melakukan penutupan outlet di beberapa tempat. Takashimaya misalnya, telah menutup outlet mereka di New York, bulan Juni 2010 lalu. Krisis ekonomi global yang melanda negara maju memang telah menurunkan sisi permintaan secara drastis. Bukan hanya di Jepang, tapi juga di Amerika dan Eropa. Di Irlandia misalnya, pusat-pusat perbelanjaan mulai banyak yang tutup. Angka pengangguran meningkat dan banyak generasi mudanya yang pergi ke luar negeri mencari pekerjaan. [caption id="attachment_78571" align="alignright" width="300" caption="Penjualan Department Store / sumber: BoJ"]

1292594281280078896
1292594281280078896
[/caption] Di Jepang sendiri, konsumsi swasta memang stagnan dalam beberapa tahun terakhir ini. Hasil Tankan Survey yang dikeluarkan oleh Bank of Japan pekan ini (15/12) menunjukkan bahwa kepercayaan pelaku usaha menurun drastis di akhir tahun ini. Dunia usaha memandang tahun 2011 sebagai tahun yang berat bagi perekonomian Jepang. Menguatnya mata uang Yen yang berakibat pada ekspor yang lesu menjadi salah satu penyebab suramnya ekonomi Jepang. Di sisi konsumsi, para konsumen semakin menunda belanja mereka. Para konsumen di Jepang telah mengalihkan konsumsi mereka ke barang-barang murah. Membeli tas bermerek ataupun barang-barang mewah, bukan menjadi pilihan lagi di jaman krisis. Paradigma masyarakat Jepang yang menyukai barang-barang bermerek kini juga mulai bergeser. Mereka mulai beralih ke ritel-ritel murah dan pasar barang second hand. Muncullah toko-toko seperti "Book Off" yang menawarkan barang second dengan harga murah. Munculnya peritel murah seperti toko pakaian  "Uniqlo" yang marak di setiap penjuru kota, juga menjadi ancaman yang  menyebabkan department store besar sulit bersaing. Penutupan Seibu Yurakhucho menjadi penanda bahwa krisis ekonomi global masih belum usai sepenuhnya. Tahun 2011 akan menjadi tahun yang penuh ujian bagi Jepang, maupun perekonomian global. Langkah meneruskan stimulus dari pemerintah dan kebijakan ultra easy monetary policy dari Bank of Japan diperkirakan akan terus dilakukan guna menghindarkan negeri Jepang dari krisis. Lain di negeri kita, lain di negeri maju, krisis ekonomi global membawa cerita yang berbeda. Semoga kita bisa belajar dan mengambil momentum dari krisis tersebut. Salam. [caption id="attachment_78572" align="aligncenter" width="533" caption="Seibu Ginza - Yurakucho, Tokyo / photo JH"]
1292594387183173145
1292594387183173145
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun