Mohon tunggu...
Junanto Herdiawan
Junanto Herdiawan Mohon Tunggu... Jurnalis - Kelompok Kompasianer Mula-Mula

Pemerhati Ekonomi, Penikmat Kuliner, Penulis Buku, dan Pembelajar Ilmu Filsafat. Saat ini bekerja di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung. Tulisan di blog ini adalah pandangan personal dan tidak mencerminkan atau mewakili lembaga tempatnya bekerja. Penulis juga tidak pernah memberi janji atau menerima apapun terkait jabatan. Harap hati-hati apabila ada yang mengatasnamakan penulis untuk kepentingan pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Ramalan Ekonomi, Professor Godley, dan Mama Lauren

19 Mei 2010   07:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:07 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_144656" align="alignleft" width="300" caption="Professor Wynne Godley (kanan) dan kakaknya / www.timesonline.co.uk"][/caption] Mama Lauren telah berpulang. Ramalan-ramalannya, yang banyak mengisi media massa, kini tiada lagi. Dalam waktu yang hampir bersamaan, dunia ekonomi juga kehilangan salah seorang peramal ekonomi handal. Ia adalah Professor Wynne Godley dari Cambridge University. Bedanya, di bidang ekonomi ia tidak disebut peramal, melainkan economic forecaster, walau pekerjaannya sama-sama meramal masa depan. Buku Godley, The Monetary Economics, adalah buku bacaan wajib para ekonom. Profesor Godley pernah menjadi penasihat di Departemen Keuangan Inggris, dan kemudian menjadi salah satu anggota “six wise men” atau “enam pria bijak” di Panel Kementerian Keuangan Inggris. Kemampuannya mengembangkan model untuk meramal perekonomian ke depan, menjadikannya seorang kampiun di bidang economic forecaster. Dalam ilmu ekonomi, ramalan adalah bagian penting dan tak terpisahkan. Sejarah mencatat bahwa ramalan ekonomi telah ada sejak dulu. Kisah Nabi Yusuf menunjukkan bahwa beliau adalah juga seorang economic forecaster, yang pernah melakukan forecast ekonomi jangka menengah panjang (middle term forecasting). Nabi Yusuf mengatakan bahwa akan terjadi tujuh tahun periode boom, yang akan diikuti oleh tujuh tahun periode burst pada perekonomian Mesir. Para penganut teori business lifecycle tentu memahami fenomena boom and burst dalam ekonomi. Ketika booming terjadi, risiko bubble ataupun risiko lainnya seperti bencana alam, bisa saja menyebabkan terjadinya krisis ekonomi. Berdasarkan ramalan dari Nabi Yusuf itulah, Pemerintah melakukan persiapan untuk menghadapi masa krisis ekonomi yang datang setelah 7 tahun masa booming. Di masa kini, hampir seluruh otoritas di dunia, baik pemerintah maupun bank sentral, selalu mengeluarkan ramalan mengenai prospek perekonomian negaranya. Ramalan tersebut menjadi pegangan para pelaku pasar dan rumah tangga dalam menjalankan usaha ataupun mengalokasikan portfolionya. Di bangku-bangku sekolah, para ekonom diajarkan untuk membuat peramalan masa depan. Berbagai model ekonometrik dibangun untuk membantu proses tersebut. Asumsi disusun, model diciptakan, dan proyeksi dihitung secara kuantitatif. Karena metode itu menggunakan rasio dan sifatnya akademik, maka ramalan para ekonom dianggap lebih rasional ketimbang ramalan paranormal lainnya. Ilmu pengetahuan memang memisahkan antara hal-hal yang bersifat rasio dan non rasio. Ramalan ekonomi dianggap rasional karena bisa difalsifikasi dengan rasio. Hal inilah yang membedakan proyeksi ekonomi dengan ramalan paranormal. Almarhum Profesor Godley memiliki kelebihan dalam melakukan ramalan-ramalan makroekonomi. Ia mengabdikan sebagian hidupnya mengembangkan tekhnik medium term modeling untuk melihat determinan pengeluaran swasta yang dikaitkan dengan defisit perdagangan internasional, defisit sektor publik, nilai tukar dan tingkat kompetitif ekonomi secara umum yang memengaruhi output dan pengangguran. Saat di Cambridge, ia mendirikan Cambridge Economic Policy Group (CEPG), yang sejak tahun 1972-1982 mengeluarkan review tahunan, dan meramalkan krisis ekonomis tahun 1972-74, Heath-Barber boom, dan resesi Thatcher-Howe di tahun 1979-81. [caption id="attachment_144661" align="alignleft" width="299" caption="Proyeksi PDB Indonesia / Bank Indonesia"][/caption] Membaca masa depan adalah sebuah seni dan ilmu sekaligus. Di Indonesia, setiap awal tahun, pemerintah dan bank sentral biasanya mengumumkan besaran-besaran dan target ekonomi untuk satu tahun ke depan. Di bidang akademis, banyak lembaga penelitian dan universitas yang juga melakukan forecasting tentang ekonomi, baik jangka pendek, maupun jangka menengah panjang. Untuk tahun ini misalnya, Bank Indonesia telah mengeluarkan proyeksi ekonomi hingga tahun 2014. Ekonomi diperkirakan tumbuh terus, mulai sekitar 6% di tahun ini, hingga mencapai sekitar 7,5% di tahun 2014. Kalau dibaca secara detail, ramalan itu juga bercerita tentang sumber-sumber pertumbuhan. Anda dapat membaca ramalan tersebut di buku Laporan Perekonomian Indonesia 2009. Langkah menyusun proyeksi ekonomi dilakukan menggunakan berbagai model ekonometrik. Namun sebelum model itu dijalankan, langkah terpenting yang harus dimiliki para ekonom adalah kemampuan menangkap setiap gejala dalam ekonomi nasional maupun global. Langkah yang dilakukan mencakup upaya mengumpulkan berbagai isu strategis dan indikator ekonomi, survey, informasi anekdotal semisal penjualan kendaraan bermotor dll, informasi ekonomi daerah, berdiskusi dengan berbagai pelaku pasar, serta mempertimbangkan berbagai faktor risiko dalam ekonomi. Setelah berbagai asumsi tersebut dibahas secara mendalam, model ekonomi pun dapat digunakan. Kecanggihan ekonom terlihat dari bagaimana ia menyusun asumsi, mengumpulkan data, membangun model ekonomi yang baik, serta melakukan judgement atas perhitungannya. Angka proyeksi ekonomi memang bukan angka ramalan nasib. Ia bukan meramalkan masa depan secara persis, namun ia digunakan lebih sebagai pedoman, atau pegangan para pelaku pasar dalam melakukan kegiatan ekonominya. Karena ia digunakan sebagai pedoman, tentu hasilnya bukan sebuah kepastian. Bukan angkanya, namun arah gerak ekonomi yang lebih penting untuk dibaca. Sejarah membuktikan bahwa ramalan paranormal ataupun ekonom, kerap meleset dan tidak dapat dipercaya. Krisis global menjadi sebuah bukti bahwa ramalan para ekonom juga tidak selalu tepat. Buktinya, mereka tidak bisa meramalkan krisis ataupun bubble sebelum meledak. Namun, pada ujungnya, kita memang tidak punya banyak pilihan dalam melihat masa depan. Meski sering meleset, sepanjang zaman, ramalan ekonomi akan senantiasa dibutuhkan oleh masyarakat. Pemerintah dan Bank Sentral biasanya menjadi peramal-peramal yang selalu dinantikan angka ramalannya. Selebihnya, tawakal dan kerja keras tetap menjadi kunci bagi kita untuk menjadikan berbagai ramalan tersebut sebuah kenyataan. Selamat Jalan Professor Godley. Selamat Jalan Mama Lauren. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun