Mohon tunggu...
Junaidi Muhammad
Junaidi Muhammad Mohon Tunggu... -

Bapak dengan 5 anak hebat, single parent, dan survivor gagal ginjal. Tujuan saya menulis untuk memotivasi sesama agar tetap kuat bertahan dalam sakit dan cobaan hidup yang mendera, serta meyakinkan bahwa kalian yang senasib dengan saya tidak sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menerima Kepasrahan

11 Desember 2017   13:08 Diperbarui: 12 Desember 2017   18:16 917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kami yang memang merupakan keluarga nomaden, membuat saya tiba-tiba berpikir; adakah tetangga dan masrakat sekitar rumah yang peduli dan mengurus penguburan Bunda? Rumah yang kami bangun sejak 2002 jarang kami tempati, hanya kami datangi ketika libur panjang saja. Namun sesampainya kami di rumah, Masya Allah, persiapan tenda, penguburan, dan semua yang dibutuhkan Bunda menjelang peristirahatan terakhirnya sudah disiapkan oleh keluarga dan warga sekitar. Bak lautan manusia, pelayat sudah banyak hadir sejak pagi hari. 

Kerabat dan handai taulan, sejawat, rekan-rekan dari kantor juga gerakan BMT se-antero Jawa Tengah tumpah ruah di sekitar rumah duka. Kendaraan pelayat memenuhi lahan perkir hingga pelataran/halaman tetangga dan pinggir jalan raya. Prosesi penguburan dilaksanan ba'da ashar pada hari itu juga. Jenazah dishalatkan di musholla dekat rumah yang penuh sesak oleh pelayat yang ikut menyalatkan.

Sepulang dari makam, saya kumpulkan anak-anak yang masih berduka. Saya rangkul mereka satu demi satu sambil membisikkan makna keikhlasan dan kesabaran. Kami mencoba berbagi kenangan sebelum bunda pergi.

Saya belajar banyak memaknai kehidupan dengan Bunda. Keikhlasan betul keluar dari sanubari tanpa sedikitpun berperasangka buruk terhadap Sang Pencipta atas cobaan yang ia terima dan tidak menjadikan musibahnya pembenaran untuk tidak menolong dan memperhatikan sesama. Pernah suatu ketika, Bunda ditengah-tengah sakitnya, meminta putrinya membelikan susu dan roti bayi untuk tetangga yang baru saja melahirkan yang kebetulan hidupnya pas-pasan.

Pelajaran yang sama juga saya rasakan saat ini. Gagal ginjal yang saya derita dan membuat saya harus rutin menjalani hemodialisa selama hampir dua tahun terakhir menyadarkan saya akan arti ketulusan dan keikhlasan serta untuk terus ber-husnudzon terhadap Sang Khalik. Silaturahmi yang saya bangun bertahun-tahun membuat doa dan harapan bagi saya terus mengalir, simpati pun berdatangan, ularan tangan keluarga, kerabat dan teman silih berganti berdatangan meringankan beban saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun