Memutuskan untuk pulang kampung ke Sumbawa adalah lembaran selanjutnya. Tercatat pada akhir tahun 2009 hingga awal tahun 2011. Memutuskan untuk istirahat dari dunia kerja konvensional untuk alih profesi menjadi peternak sapi Bali yang awalnya sebanyak 60 ekor serta bertani dengan mengelola sawah sendiri dan sawah sewaan seluas lima hektar, ditambah lagi tujuh hektar tegalan lahan tadah hujan untuk ditanami kacang hijau. Namun ternyata tidaklah mudah. Saya gagal total di sektor kacang hijau. Jelang panen, beberapa hari diserang hujan berturut-turut dalam seminggu. Hanya beberapa yang sempat dipanen, namun harga jualnya jatuh jauh dibawah standar.
Terasa sangat berat menjalani kehidupan sendirian saja di Sumbawa sementara istri dan anak-anak jauh tinggal di Jawa. Lalu godaan untuk kembali bekerja profesional di Jawa mulai muncul lagi. Gayung bersambut, KH. Abdullah Yazid yang merupakan owner BMT Bina Ummat Sejahtera (BMT BUS), teman lama saya di gerakan BMT, mengajak saya untuk bergabung kembali dalam ranah BMT. Awalnya dari pertemuan kami yang tidak sengaja, beliau menawarkan posisi konsultan dengan kesepakatan selama tiga bulan kerja. Namun layaknya cerita sinetron dengan episode berkelanjutan, hingga saat ini, Desember 2017 saya masih betah bersama BMT BUS yang berpusat di Lasem, Rembang, Jawa Tengah.
***
Pembaca yang budiman, mungkin di tulisan lain nantinya saya akan bercerita mengenai perjalanan karir dan petualangan saya secara terpisah dan substantif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H