Mohon tunggu...
Junaidi Muhammad
Junaidi Muhammad Mohon Tunggu... -

Bapak dengan 5 anak hebat, single parent, dan survivor gagal ginjal. Tujuan saya menulis untuk memotivasi sesama agar tetap kuat bertahan dalam sakit dan cobaan hidup yang mendera, serta meyakinkan bahwa kalian yang senasib dengan saya tidak sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dinamika Karir dan Petualangan Hidup yang Penuh Warna (1)

11 Desember 2017   17:35 Diperbarui: 17 Desember 2017   10:14 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai mantan Lurah, Bapak mertua saya memiliki koneksi yang cukup luas. Suatu hari, sepulang beliau dari shalat Jum'at di Godong (salah satu kecamatan di Grobogan) beliau memberi kabar bahwa kantor cabang Muhammadiyah membutuhkan sekretaris eksekutif dan saya ditawari meraih kesempatan tersebut. Pada saat itu pimpinan cabangnya adalah seorang Notaris senior di kota Semarang yang praktis tidak memiliki banyak waktu dengan urusan organisasi. 

Jadilah saya menjadi pekerja serabutan di kantor; membuat amplop, mengetik surat-menyurat, menjemput donatur dari rumah ke rumah anggota, dan bahkan menjadi takmir masjid Muhammadiyah yang berada satu komplek dengan kantor cabang Muhammadiyah tempat saya bekerja. Saya jalani rutinitas tersebut selama tiga bulan, dan alhamdulillah pada tahun ajaran baru saya dipercayakan menjadi guru agama islam di SMP dan SMA Muhammadiyah yang masih satu lingkup lokasi dengan kantor.

-

Awal 1994, kegiatan saya ditambah sebagai guru bantu di TK Aisyiyah dan SD Muhammadiyah. Semua kesibukan tersebut saya jalani dengan ikhlas dan semangat. Insentif yang saya terima pada saat itu Rp 35.000,- per bulan. Hidup dengan istri dan dua anak (pada tahun 1993 putra kedua kami lahir) tentu jauh dari cukup. Namun tetap kami syukuri karena minimal untuk susu, beras dan minyak kompor terpenuhi. Atas jasa baik salah seorang pimpinan cabang lainnya, kami dipinjamkan rumah kosong untuk ditinggali. Pada masa itu, puasa Senin-Kamis sudah biasa saya dan istri saya lakukan. Kami juga berinisiatif untuk menanam berbagai jenis sayuran di halaman belakang rumah yang seringkali kami jadikan lauk demi menghemat pengeluaran. Namun atas berkah yang Allah berikan, kehidupan keluarga kami berjalan normal dan bahagia walau dalam kondisi yang pas-pasan.

-

Pada awal tahun 95-an, salah seorang bendahara Muhammadiyah mendirikan CV yang bergerak dibidang pembangunan saluran irigasi. Saat itu saya diajak terlibat menjadi tenaga mandor selepas aktifitas saya dipagi hari. Jadilah saya sebagai mandor tukang batu yang bertugas mencatat keluar masuk material proyek sambil sesekali membantu menurunkan material dari atas truk disaat mereka kekurangan tenaga pekerja. 

Dengan bekerja di proyek, otomatis pendapatan saya bertambah. Istri saya mulai bisa ke pasar untuk sekedar berbelanja tahu tempe dan ikan asin yang merupakan tiga menu favorit keseharian kami. Sejak saat itu praktis kesibukan saya bertambah. Kerja kantoran dan mengajar di pagi hari, bekerja di proyek pada sore bahkan hingga malam hari.

-

Pada awal tahun 1996, babak baru dimulai dengan setumpuk kegiatan lain. Saya dipercaya menjadi guru agama islam di SMA Muhammadiyah kota Purwodadi sekaligus manajer di PKU Muhammadiyah Godong (jarak Godong ke Purwodadi cukup jauh sekitar 40 menit). Pada saat bersamaan, saya mulai belajar mandiri dengan men-sub pekerjaan proyek bangunan gedung dan irigasi kecil-kecilan. Sangat terasa waktu untuk keluarga tersita habis. Ngantor dan mengajar di pagi hari, kerja proyek pada sore hingga malam hari, dan di PKU selepas shalat Subuh hingga jam 07 pagi.

-

September 1996, bersama salah seorang pimpinan Muhammadiyah cabang, kami menggagas berdirinya lembaga keuangan syariah, Baitul Maal Wa Tamwil  (BMT) Ben Taqwa di  Godong, Purwodadi. Babak kesibukan baru bertambah. Saya dipercaya menjadi manajer pertama dengan dua orang teman lainnya yang bahu membahu merintis bisnis ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun