Ketika tes sumatif tiba, kami melestarikan tradisi belajar kelompok dengan didampingi guru bidang studi. Bergantung pada lampu petromak yang minyak tanahnya kami beli dengan cara patungan. Nilai tes kami tidak terlalu mengecewakan. Bahkan pada pelajaran tertentu nilai kami lebih baik dari sekolah induk.Â
Selama tiga tahun di SMP saya berhasil meraih prestasi yang baik. Beberapa piagam mampu saya koleksi di rumah. Lulus tepat waktu, dan kemudian mendaftar di SMA Muhammadiyah Sumbawa Besar dengan jarak tempuh 22 km dari kampung saya di Lopok. Dari sinilah awal mula saya mendapat kesempatan untuk melanjutkan jenjang kuliah di Solo, Jawa Tengah. Suatu kesempatan emas yang jarang bisa diperoleh oleh anak kampung seperti saya.Â
Kisah ini saya tulis untuk memotivasi anak-anak jaman sekarang dengan fasilitas yang serba tersedia mudah untuk menjadi personal yang lebih hebat dari anak-anak jaman dahulu yang segalanya serba terbatas. Terbukti saya sebagai Bolang kampung, ketika dewasa mampu memperoleh beasiswa  S1 & S2, dapat berkontribusi dalam lembaga keuangan mikro dan perbankan, serta menjadi mentor dan motivator serta konsultan mandiri dibidang LKMS/Koprasi syariah. Semua berkat peranan Allah ta'ala serta kegigihan usaha dan jauh-jauh dari kata malas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H