Mohon tunggu...
Junaidi Muhammad
Junaidi Muhammad Mohon Tunggu... -

Bapak dengan 5 anak hebat, single parent, dan survivor gagal ginjal. Tujuan saya menulis untuk memotivasi sesama agar tetap kuat bertahan dalam sakit dan cobaan hidup yang mendera, serta meyakinkan bahwa kalian yang senasib dengan saya tidak sendirian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sebuah Perjalanan Cinta

1 Desember 2017   22:22 Diperbarui: 1 Desember 2017   22:34 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memasuki bulan ketiga dirumah sakit, suasana di antara kami mulai berubah seiring dengan tumbuhnya rasa cinta dan saling percaya. Senyum manisnya mulai kelihatan lagi. Seringkali Ia meminta saya suapi makan dan minumnya. Orang tua terutama ibunya sangat senang dengan perkembangan hubungan kami. 

Satu persatu teman laki-laki yang pernah mendekatinya mulai berguguran karena mengetahui kabar sang gadis yang kecelakaan dan santer terdengar Ia cacat. Ia menyadarinya. Dan mungkin dengan kehadiran saya di kesehariannya, dia mulai melihat keseriusan saya bahwa saya benar mencintainya dengan tulus.

Di hari kepulangannya ke rumah, saya diminta orang tuanya untuk ikut mengantar pulang. Dengan berbagai alasan akhirnya saya mendapat izin keluar dari pondok. Sesampainya di rumahnya saya diperkenalkan dengan keluarga besarnya. Sebagian saudaranya telah saya kenal sebelumnya di rumah sakit sehingga membuat saya tidak terlalu canggung berada di lingkungan keluarganya.

Singkat cerita, setelah dirasa pulih, Ia pun kembali kekampus untuk mrnyesaikan studi D2 nya.

Setelah Ia lulus, hubungan kami lanjutkan dengan berkirim kabar melalui surat. Ia mulai sibuk dengan pengabdiannya di sebuah SMP negeri di wilayah Jepara dan saya sibuk menyelesaikan studi S1 saya di Solo.

Menjelang semester akhir saya menerima selembar surat dari sang pujaan hati bahwa sudah ada dua orang teman seprofesinya berniat melamarnya. Ia meminta perlindungan kepada saya karena tidak berkenan dilamar oleh kedua orang yang bersangkutan tersebut. Saya diminta datang untuk berhadapan dengan kepada kedua rival saya. 

Dengan sangat percaya diri saya katakan kepada mereka bahwa saya adalah calon suaminya. Setelah itu aman dan tidak ada gangguan lagi. Bukan sekedar isapan jempol. Saya benar-benar serius untuk menikahinya. Atas persetujuan orang tuanya, saya berinisiatif mengajaknya bersilaturrahmi ke tanah kelahiran saya, di Sumbawa. Perbedaan suku dan adat istiadat harus dituntaskan sebelum pernikahan. Jika Ia menerima kondisi keluarga saya dengan segala tradisi yang melekat, oke kami akan menikah. 

Namun jika hal tersebut memberatkannya, maka saya hargai keputusannya. Akhirnya, dengan ongkos masing-masing kami berangkat melalui jalur darat menempuh perjalanan dua hari dua malam di bus. 

Setelah berada tiga hari ditengah-tengah keluarga Sumbawa, pada malam terakhir diadakan rapat keluarga. Keluarga besar saya memutuskan untuk memberikan waktu dua bulan padanya untuk mengambil kesimpulan untuk lanjut atau tidak. Janji orang tua saya, jika Ia mengiyakan maka perwakilan keluarga akan datang ke Jepara untuk melamarnya. 

Hanya butuh waktu satu bulan jawaban yang ditunggu datang.  Ia setuju untuk dilamar dengan segala konsekuensinya. Berita baik ini saya sampaikan kepada keluarga Sumbawa. Mereka balas dengan suka cita dan setelah selesai panen mereka berjanji akan datang ke Jepara untuk melamar.

Ikatan dinas saya di pondok selesai pada 25 Juli 1990. Dua hari sebelum selesai kontrak, kakak tertua saya disertai beberapa keluarga datang melamar sang pujaan hati. Walau saya belum selesai kuliah, disepakati pernikahan berlangsung pada 27 Juli 1990. Hanya berselang dua hari setelah ikatan dinas saya berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun