Biasanya, kalau aku mau bepergian ke luar daerah, ke Jawa, dulu ketika tinggal di Surabaya selama sekitar lima tahun, 2010-2015, saat akan naik bus, aku pasti membeli Tolak Angin, kadang bukan hanya beli yang berbentuk sachet, tapi juga yang berupa permen Tolak Angin. Aku biasanya beli lebih dari cukup untuk keperluan sendiri, karena mungkin ada orang atau teman yang butuh saat di atas bus.
Kalau permen Tolak Angin, bukan pertama kali saat aku perjalanan jauh dari Sumenep ke Surabaya, tapi setelah kesekian kalinya, karena melihat orang membuka sachet Tolak Angin, ternyata tak diminum, tapi berupa permen. Aku pikir itu lebih nyaman untuk dicemil saat bepergian, selain menghilangkan bauh mulut, juga menyegarkan tenggorokan.
Perjalanan dari Sumenep-Surabaya memakan waktu sekitar enam jam, dan kadang lebih. Perut terasa mual ketika bus melaju dan menaikkan-menurunkan penumpang. Kata orang-orang di lingkungan rumahku, aku disuruh beli obat masuk angin, akhirnya setelah mendapat banyak saran, Tolak Angin cocok, karena berbahan herbal dan resiko bahan kimianya sangat minim dan bahkan tidak ada.
Rasanya memang beda ketika minum Tolak Angin dan sebelum minum. Tubuh terasa lebih hangat, perut yang mulai sedikit mual, terasa ada sesuatu yang mengusirnya. Aku pikir itu pengaruh jahe yang terkandung dalam Tolak Angin, dan tentunya dengan kandungan bahan herbal lainnya, sehingga berpengaruh bagi tubuh. Jadi, tak jadi terlalu capek ketika sudah tiba di Surabaya, karena sebelumnya aku minum Tolak Angin, tubuh tetap bugar.
Bahkan, karena aku merasa tubuh bugar setelah perjalanan jauh, aku mencoba minum sisa Tolak Angin yang ada di tas sebelum tidur. Aku yakin, khasiatnya tak akan jauh berbeda. Itu percobaanku. Sekitar satu atau setengah sebelum tidur, aku minum Tolak Angin yang tersisa, karena aku meyakini, nanti ketika bangun tidur badan akan terasa bugar.Â
Hal itu benar, bukan aku mengada-ada, rasanya beda, tubuh lebih lega untuk bangun. Biasanya terasa capek saat bangun tidur, apalagi setelah perjalanan jauh. TolakAnginBerkhasiatLebih, mungkin adagium ini memang sesuai dengan banyak pengalaman konsumen dan tentu dari pihak penelitian di pabrik. Aku mempercayai hal tersebut bahwa TolakAnginBerkhasiatLebih.
TolakAnginBerkhasiatLebih
Adagium atau slogan TolakAnginBerkhasiatLebih bukan sekadar promo, tapi itu menurutku benar apa adanya, tak dibuat-buat. Minum Tolak Angin, sudah menjadi kebiasanku sejak tahun 2010 ketika masih tinggal di Surabaya, bahkan hingga aku tinggal di Yogyakarta untuk belajar.Â
Ada beberapa temuanku saat minum Tolak Angin dan memberikan efek positif, tubuh bugar, selain setelah tidur dan perjalanan jauh.
Di Yogyakarta, aku sering berolahraga, berbeda ketika di Surabaya, aktivitas olahragaku sangat minim karena terlalu sibuk. Aku biasanya, setelah olahraga minum Tolak Angin, baru setelah itu duduk santai mengeringkan keringat, lalu mandi. Rasanya memang beda, seakan-akan tubuh longgar, bugar, dan masih segar. Padahal, biasanya setelah olahraga tubuh terasa lemas, capek, dan kurang semangat. Aku cuma meyakini, pengaruh kandungan herbal seperti jahe dalam Tolak Angin memberikan efek segar bagi tubuh. Sejak itu, setelah olahraga, aku minum Tolak Angin untuk membugarkan kembali tubuh yang otot-ototnya digunakan untuk bergerak ekstra.
Cara yang kulakukan sebenarnya bertentangan dengan apa yang dijelaskan dalam Product Knowledge Tolak Angin. Di sana, anjurannya diminum sebelum melakukan aktivitas yang padat, nah aku setelah melakukan aktivitas padat baru minum Tolak Angin, ini bertolak belakang. Tapi, bagiku tak masalah, karena meskipun aku minum setelah beraktivitas padat, olahraga, aku mendapatkan hasil yang berbeda, tubuh kembali segar dan bugar.
Pernah suatu ketika, saat aku meriang, aku meminta teman untuk sedikit pijet dan dikerok, ternyata aku ditawarin Tolak Angin sisa yang masih ada di kosnya. Aku segera mengiyakan, dia mengambil Tolak Angin ke kosnya, saat itu aku memang tak menyediakan Tolak Angin karena baru pindah kos. Baru setelah temanku datang, Tolak Angin kuiminum dan aku minta pijet sedikit. Memang beda rasanya.
Bahkan, yang lebih maknyus kurasakan, minum Tolak Angin dengan cara dituangkan ke secangkir teh hangat, lalu dimunum. Aku pikir Tolak Angin tidak banyak memberikan efek samping, sehingga percobaan dicampur dengan secangkir teh hangat pun kulakukan, dan efeknya masih terasa memberikan kebugaran pada tubuh dan lebih mantap rasanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H