Pahlawan adalah orang yang bisa mempertahankan dan membela suatu tujuan dan keinginan suatu bangsa baik secara individu maupun secara bersama. Dalam mempertahankan pembelaan yang dilakukan itu diharapkan ada hasil yang bisa menjadikan keadaan lebih baik dari sebelumnya. Jiwa kepahlawanan bisa tumbuh dari semangat seseorang yang di dalam rongga hatinya muncul dan bersemi rasa cinta terhadap apa yang ingin diperjuangkan dan dibelanya. Jika tidak dibarengi dan diiringi rasa cinta yang mendalam maka jiwa dan semangat kepahlawanan tidak akan pernah muncul dari anak bangsa ini. Para pahlawan pejuang bangsa Indonesia tidak akan pernah merelakan jiwa dan raganya untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan orang-orang asing jika tidak meiliki jiwa nasionalisme yang tinggi terhadap tanah air Indonesia.
Jadi, jika kita memandang semangat juang mereka adalah dipelopori dari rasa nasionalisme yang murni. Kecintaan terhadap sesuatu menyebabkan kita akan rela dan ikhlas untuk mengorbankan apapun yang kita punya. Seperti halnya para pahlawan bangsa Indonesia, di dalam jiwanya tertanam semangat dan antusias yang begitu membara untuk memperjuangkan dan mempertahankan bangsa ini dari penindasan bangsa asing. Mereka berjuang tidak mengenal lelah dan sesibuk apapun, mayoritas waktu detik hidupnya digunakan untuk berjuang semaksimal mungkin demi mencapai kemakmuran dan hidup yang sentosa.
Semangat juang pahlawan terdahula hanya memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan secara lahir saja. Bisa kita maklumi dengan situasi masa dahulu, pendidikan dan moral kurang diperhatikan, mayoritas yang diperhatikan kemerdekaan semata untuk bebas dari segala bentuk penyiksaan psikis dan ekonomi untuk kemakmuran bersama. Pendidikan pada masa dahulu didominasi oleh kalangan konglomerat, orang-orang yang terpandang dan memiliki ekonomi yang dianggap menengah ke atas.
Pendidikan pada masa penjajahan masih terjadi pemihakan terhadap orang-orang yang terpandang saja yang boleh bersekolah dan belajar. Bagi mereka yang tidak mampu secara ekonomi tidak diperbolehkan belajar di bangku pendidikan, strafikasi sosial sangatlah mencolok pada saat itu. Bagi kalangan rakyat miskin peluang pendidikan sangatlah minim. Minimnya peluang mengenyam pendidikan oleh golongan kiri (miskin) menjadi warisan sampai saat ini. Pemupukan semangat untuk belajar dan memiliki prestasi harus dikerahkan, jika mereka memiliki prestasi dan semangat belajar, maka kemungkinan besar pemerintah menanggung biayanya.
      Pendidikan
Perjuangan tidaklah cukup pada masa Ki Hajar Dewantara dan R.A Kartini dalam kegigihannya mempertahankan bangsa ini dari dunia kegelapan, pembodohan, dan keterlantaran pendidikan anak bangsa. Akan tetapi, pada masa modern yang dipengaruhi globalisasi perjuangan meneruskan cita-cita jasa para pejuang memakmurkan kehidupan bangsa harus tetap dilanjutkan. Anatara tanah air dan pendidikan sangat urgen untuk dijaga kemrdekaannya. Jika tanah air tidak merdeka, maka pendidikan akan menduduki tempat paling minoritas diminati. Tetapi, jika pendidikan tidak berkembang, maka tanah air ini akan mudah dijajah oleh bangsa luar.
Pada masa sekarang ini semangat juang harus ditubuhkan di anatara dua pokok yang sangat krusial dipertahankan. Tanah air harus diperjuangkan dengan menumbuhkan semangat nasionalisme. Pendidikan harus diperjuangkan dengan membangun jiwa para pemuda untuk semangat belajar dan sekreatif mungkin.
Semboyan Ki Hajar Dewantara Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan baik). Dari semboyan di atas bisa kita ambil kesimpulan bahwa semangat pendidikan harus ditingkatkan dengan adanya dukungan dari guru, contoh yang baik harus ditampakkan kepada anak didik.
Memperjuangkan pendidikan harus diutamakan pada masa sekarang ini. Karena anak bangsa ini banyak yang memiliki pendidikan yang minim sehingga mudah untuk dijajah lagi oleh bangsa asing. Penjajahan itu tidak berupa tekanan jiwa psikis, akan tetapi pembodohan dan kebobrokan moral. Jika pendidikan anak bangsa ini banyak mengalami perkembangan dan kemajuan, maka bentuk penjajahan yang berupa merosotnya moral dan pendidikan lambat laun akan berkurang. Dari sini, mereka sadar akan nasioanlisme itu sendiri.
Kesadaran akan pendidikan harus dipelopori dan diperjuangkan. Perjuangan kita saat ini memang jauh berbeda dengan perjuangan para pahlawan masa lalu, masa penjajahan Belanda, Jepang, dan Inggris. Meskipun berbeda cara perjuangan kita, namun tidak jauh berbeda tujuannya, yaitu merdeka seutuhnya hidup aman, dan makmur tanpa diperas oleh bangsa lain.
Perlu kita sadari berjuang sekarang tidak harus menggunakan kekuatan fisik untuk mempertahankan kemedekaan bangsa Indonesia, akan tetapi dengan pendidikan dan skill-skill yang konstruktif itulah yang sangat penting. Jika pendidikan bangsa Indonesia bisa dihandalkan, maka tanah air ini bisa juga untuk dipertahankan dan diperjuangkan kemerdekaannya. Jadi sangat penting berjuang untuk memajukan pendidikan anak bangsa yang belakangan ini sudah mulai merosot akibat kurangnya belajar dan semangat membaca literatur-literatur ilmu pnegetahuan kemodernan masa kini.
Oleh: JUNAIDI KHAB*
* Penulis asal Sumenep, lulusan Sastra Inggris UIN Sunan Ampel Surabaya.
Tulisan ini pernah dimuat oleh Suara Karya: Kamis, 10 November 2011 dan tayang di: JUNAIDI KHAB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H