Bukan hal asing lagi persepsi kita mengatakan bahwa kaum difabel tidak memiliki kemampuan dalam menghasilkan karya untuk kepentingan hidup, baik untuk dirinya sendiri atau orang lain. Presepsi yang demikian untuk mengahadapi para kaum penyandang cacat harus diubah dengan pemikiran yang bernilai positif. Mereka masih memiliki kemampuan yang tertanam di balik kekurangannya. Maka dari itulah, harus kita gali dan memberikan wadah untuk menampungnya.
Tidak ada perbedaan antara mereka yang cacat dengan yang sempurna anggota tubuhnya. Karena naluri manusiawi yang selalu mendominasi, maka menganggap yang beda dengan kita tidak ada manfaatnya dan tidak bisa memberikan manfaat. Itu merupakan salah besar dalam mengajak manusia pada jalan kemajuan.
Difabel dapat dibedakan menjadi dua; pertama, yang bersifat bawaan. Kedua, bukan bawaan (karena suatu penykait). Yang bersifat bawaan ini biasanya susah untuk disembuhkan karena sudah menyatu dalam diriseseorang. Sementara difabel yang bukan bawaan masih ada kemungkinan disembuhkan.
Sangat berbeda antara orang buta karena bawaan sejak lahir dengan orang yang buta karena sebuah penyakit. Akan tetapi pada hakikatnya, kedua jenis difabel ini bisa saja disembuhkan sepanjang Allah berkehendak. Sebab perlu diinsafi bahwa difabel merupakan ujian dari Allah. Siapa yang sabar maka dia lulus, sedang yang tidak sabar, bersiap-siaplah mendapat sanksi dari Allah.
Sebagai sosok difabel harus memiliki semangat hidup lebih tinggi untuk meningkatkan kualitas dan daya saingnya meski dalam keadaan serba kekurangan. Keadaan yang seperti itulah yang semestinya dipenuhi dengan semangat yang membara untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat melalui berbagai kreatifitas yang dimilki oleh masing-masing kaum difabel. Karena sudah banyak paradigma difabel yang mendapat prestasi dari skill dan kreatifitas yang dimilikinya.
Selain ada usaha dan semangat dari para kaum difabel, kita sebagai manusia yang diberi kesempurnaan harus memberikan ruang lingkup untuk berkarya bagi kaum difabel. Semangat yang mereka kobarkan untuk menopang hidup yang serba tidak sempurna akan sia-sia tanpa mendapta dukungan dan apresiasi dari kita semua. Maka dari itulah peran kita dalam memfasilitasi dan memberikan motivasi yang maksimal untuk menggali bakat kreatifitas para kaum difabel harus maksimal, agar ketergantungan mereka sedikit berkurang bagi masyarakat dan negara.
Oleh: JUNAIDI KHAB*
* Penulis asal Sumenep, lulusan Sastra Inggris UIN Sunan Ampel Surabaya.
Tulisan ini pernah dimuat oleh RADAR SURABAYARabu, 20 Pebruari 2013 dan tayang di: JUNAIDI KHAB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H