Mohon tunggu...
Junaidi Khab
Junaidi Khab Mohon Tunggu... Editor -

Junaidi Khab lulusan Sastra Inggris UIN Sunan Ampel Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasiana Bukan Media Ugal-ugalan

4 November 2017   22:53 Diperbarui: 4 November 2017   23:10 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagiku, Kompasiana merupakan media (komunitas) yang memiliki komitmen tinggi untuk menggerakkan masyarakat melalui dunia literasi secara online. Dengan berbagai kategori yang disediakan, Kompasiana memberikan wadah bagi masyarakat pecinta literasi yang suka online agar melahirkan tulisan kreatif, inovatif, dan konstruktif. Sehingga, online bukan sekadar untuk berselencar di dunia maya secara sia-sia. 

Tetapi, kita bisa berbagi hal-hal positif, menarik, dan yang menginspirasi bagi masyarakat meski melalui dunia maya. Kita perlu menyadari, bahwa masyarakat modern saat ini lebih cenderung berselancar di dunia internet. Jadi kemungkinan besar, tulisan yang kita unggah di internet – khususnya di Kompasiana – bisa menjadi inspirasi bagi netizen.

Nah, aku memilih Kompasiana sebagai media untuk berbagi melalui tulisan karena tampilannya cukup menarik dan kontennya pun dipantau dengan baik. Sehingga, selain sebagai media untuk menyampaikan berbagai ide, gagasan, atau pengalaman juga bisa digunakan untuk mengasah keterampilan komunikasi secara tertulis. Meskipun aku tak pernah mengikuti acara (pertemuan) Kompasiana, tetapi bergabung dengan Kompasiana sudah merasa sebagai bagian dari keluarga Kompasiana.

Menurutku, ada hal yang sangat penting dalam menulis, khususnya tentang sumber tulisan yang kita buat harus benar-benar ada rujukan atau sumbernya. Hal itu dilakukan agar tulisan yang kita buat dan diposting bisa dipertanggungjawabkan. Karena, aku sendiri pernah mengalami hal yang kurang mengenakkan tentang penulisan artikel di Kompasiana.

Dalam salah satu artikelku di Kompasiana, aku menulis tentang “Jangan Pernah Meminta Maaf”. Di bagian bawah tulisan, aku mengajak pembaca (agar) jika mengutip sebuah tulisan harus mencantumkan nama penulis dan sumber atau rujukannya. Tetapi, dalam komentar tulisanku itu ada netizen yang berkomen (jika belum dihapus, komentarnya masih ada) bahwa jika tulisan kita sebagian mengutip tak perlu memcantumkan rujukan atau sumbernya. 

Katanya, sekarang dunia serba online, sehingga men-comot tulisan dari manapun meski tak mencantumkan rujukan atau sumbernya tak masalah. Menghadapi netizen seperti itu, aku berusaha setenang mungkin agar tak terbawa emosi. Aku hanya berkomentar apa adanya dengan maksud merendah. Tapi, dia tak merespons lagi.

Nah, yang jelas, Kompasiana (termasuk aku sendiri) tidak mendukung netizen yang seperti itu, yaitu menulis tanpa mencantumkan rujukan atau sumber jika tulisannya mengutip. Padahal, itu sangat penting demi menjaga akurasi tulisan yang kita buat. Entah sumber yang kita rujuk termasuk tulisan plagiat atau ada faktor maling-nya, itu urusan masing-masing penulis. Bahkan, penulisan rujukan atau sumber tulisan bisa menjadi media bagi para penulis dalam mengamati tulisan-tulisan yang plagiat atau tidak. Misalkan, rujukan atau sumber yang kita tulis ada unsur plagiatnya, bisa diketahui dengan menelusuri atau membandingkan rujukan atau sumber yang kita pakai dengan beberapa tulisan lain.

Bagaimana pun juga, komentara netizen yang mengatakan penulisan rujukan atau sumber tulisan tidak penting, merupakan musuh besar para penulis yang berada di bawah naungan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau Ejaan Bahasa Indonesua (EBI). Sementara itu, kita sudah tahu bahwa EYD atau EBI merupakan panduan menulis praktis secara umum dan baku. Tujuannya, yatu agar kualitas tulisan kita menjadi baik dan benar: bermutu, mudah dipahami, dan kredibilitasnya terjamin.

Perlu kita ketahui, bahwa kehadiran media online Kompasiana bukan semata mengajak netizen agar menulis tanpa memerhatikan tata baku penulisan bahasa Indonesia dan aturan kepenulisan lainnya. Dengan jelas, Kompasiana telah memberikan syarat dan ketentuan (konten) yang akan diposting, seperti plagiasi atau menuliskan pendapat orang lain seakan milik sendiri tanpa mencantumkan rujukan atau sumbernya, itu tidak boleh. Dilarang. 

Sementara itu, Kompasiana memperbolehkan mengutip asal tidak secara keseluruhan, dan hal ini dibatasi tidak melebihi 25% dari total isi artikel. Dengan kata lain, Kompasiana tetap menjunjung tinggi nilai-nilai baku penulisan bahasa Indonesia yang sesuai dengan EYD atau EBI, karena aturan itu merupakan bagian dari metode menulis yang baik dan benar serta bisa dipertanggungjawabkan. Bahkan, Kompasiana mengimbau netizen agar tidak menulis konten yang menyinggung unsur Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA). Bagiku, menulis di Kompasiana sebagai media untuk belajar menulis lebih baik dan benar, serta menginspirasi pembaca dengan hal-hal yang positif.

Maka dari itu, kita perlu memahami dengan baik bahwa Kompasiana bukan media menulis secara ugal-ugalan. Kompasiana merupakan media online yang disediakan bagi netizen sebagai ruang untuk berbagi dan menginspirasi masyarakat pembaca tentang hal-hal positif dan konstruktif. Di dalamnya (Kompasiana), ada aturan yang harus diperhatikan saat akan memosting tulisan, bukan asal comot tulisan orang lain untuk dipublikasikan di Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun