Mohon tunggu...
Junaidi Husin
Junaidi Husin Mohon Tunggu... Guru - Aku menulis karena aku tidak pandai dalam menulis. Juned

Gagasan seorang penulis adalah hal-hal yang menjadi kepeduliannya. John Garder

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peran Penting Tanggungjawab Orang Tua bagi Anak terhadap Ilmu Pengetahuan dan Nilai Kerohanianya

26 Januari 2024   07:14 Diperbarui: 26 Januari 2024   07:15 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

     Masa abad 21 ditandai dengan kecanggihan teknologi yang terus berkembang, di satu sisi ia merupakan suatu kemajuan di bidang sain dan teknologi namun disisi yang lain ia tidak menutup kemungkinan akan berdampak buruk bagi pola pikir dan kelakuan anak yang disebabkan salah dalam penggunaannya.

Bila dibandingkan dengan zaman kedua orang tua kita sebelumnya, maka inilah zaman yang cukup berat bagi orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Bukankah tidak sedikit karena salah dalam penggunaan teknologi ini sebagian anak yang masih berumur belasan tahun terjerumus dalam pergaulan bebas.

            Anak merupakan amanah yang dititipkan Allah kepada kita, sebagai orang tua hendaknya memberikan dan menanamkan sejak dini nilai-nilai keagamaan kepada mereka, agar kelak mereka dapat menjalani masa-masa kehidupan mereka yang jauh lebih baik dan siap untuk menatap kehidupan yang penuh tantangan ini. Mengingat di kehidupan mereka selanjutnya akan jauh berbeda dengan masa dan zaman dimana kita hidup saat ini. Untuk itu membekali mereka dengan pengetahuan akalnya saja tidaklah cukup, apalagi hanya mengejar prestasi nilai tertinggi namun mengesampingkan nilai-nilai luhur keagamaan yang seharusnya terlebih dahulu mereka ketahui.

Orangtua Adalah Contoh Bagi Anaknya

            Sebetulnya orang tua memiliki andil yang sangat besar dalam memberikan perubahan pada diri anaknya, baik itu dari segi otak atau akalnya, juga dalam nilai spritual di dalam jiwanya. Dalam penanaman nilai-nilai luhur ini memang tidak semudah membalikkan telapak tangan atau hanya sebatas muda mengucap bin salabin ada kadabbra. Usaha itu membutuhkan waktu yang amat panjang dan tentunya juga didukung dengan prilaku dan contoh yang baik dari pada orang tua itu sendiri.

            Maka sebagai orangtua janganlah pernah bermimpi anak akan berahklak baik, jika kita hanya memberikan sebatas teori berupa konsep namun kita sendiri tidak melakukkannya. Bagaimana mungkin itu akan terjadi ? Bukankah Islam dapat berkembang dan masuknya orang menganut agama Islam secara berbondong itu lantaran Rasulullah SAW dalam mendidik umatnya, tidak sebatas hanya pada penyampaian berupa teori atau hanya konsep belaka, tetapi terlebih dahulu Nabi Muhammad SAW telah mempraktekkannya. Itu artinya tidak hanya sebatas memberikan contoh tetapi kita sebagai orang tua yang memberikan contoh itu, justru juga harus menjadi contoh teladan yang baik terlebih dahulu.

            Itu artinya peran orang tua sangat menentukan baik buruknya tingkah laku dan kepribadian anak-anak kita bahkan agamanya, sebagaimana bunyi hadist berikut. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Artinya: Tiada seorangpun yang dilahirkan kecuali dilahirkan pada fithrah (Islam)nya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. al-Bukhri dan Muslim)

Dari hadits di atas kita dapat dengan mudah memahami bunyi redaksinya, bahwa setiap anak-anak yang dilahirkan di pentas bumi ini dalam keadaan fihtrahnya tanpa noda apapun, semua tergantung bagaimana orang tuanya sendiri yang akan memberikan warna apa pada kehidupan mereka nantinya. Jika yang ditanamkan sejak dini adalah nilai-nilai kebaikan dan keteladanan spritual serta ajaran syari'at lainya, yakinlah anak akan menjadi anak yang shaleh lagi taat.

Begitu juga pada orang tua yang tidak terlalu memperdulikan nilai spritual pada anak mereka, maka tidak heran banyaknya anak yang cerdas lagi pintar namun kurang baik dalam bertingkah laku dan bertutur kata. Bahkan bisa jadi karena kelalaian orangtua, anak yang dahulunya beragama Islam namun lemah akan pengamalannya tidak menutup kemungkinan akan berpindah dan memeluk agama lain.

M. Quraish Shihab pakar tafsir Indonesia berpendapat bahwa "anak itu adalah sebuah anugrah, sebab tidak semua orang dengan muda mendapatkan anak".

Pentingnya Ilmu Pengetahuan dan Nilai Ketauhidan Bagi Anak

Salah satu bentuk syukur orang tua kepada Allah atas anugrah anak yang telah kita terima ini, adalah memiliharanya dengan sebaik mungkin. Seperti memperhatikan pendidikan dan masa depan mereka. Jangan sampai kita sebagai orang tua justru meninggalkan anak keturunan yang lemah dan tidak berkualitas baik dari segi kecerdesan ilmu pengetahuan juga kerohaniannya.

Bagi ilmu pengetahuannya, dalam menuntut ilmu memang tidak mesti terpaku di bangku sekolah saja, semua orang dan setiap anak dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan media seperti buku, koran, mengikuti pengajian dan masih banyak lagi cara dan waktu yang lebih pleksibel seperti memanfaatkan media online yang saat ini telah jauh berkembang, tentu dengan memilih sumber yang akurat serta bimbingan orangtua. Maka tidak alasan bagi siapapun yang ingin betul-betul belajar dan mendalami ilmu pengetahuannya.

Selain menuntut ilmu adalah kewajiban bagi seorang muslim seperti bunyi hadits nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah "menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim," namun juga merupakan pembeda diantara mereka yang berilmu dan yang tidak berilmu, sebagaimana bunyi ayat al-Qur'an pada surah Az-Zumar ayat 9 berikut ini, "Katakanlah, 'tidak mungkin disamakan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu." hal ini dibuktikan dengan firman Allah lainya bahwa "Allah akan mengangkat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat," (QS. Al-Mujadilah:11)

Adapun bagi kerohanian dirinya tentang ketauhidan akan keesaan Allah SWT. Juga sangat penting bagi spritualitas anak. Lagipula dalam pemenuhan yang zhahir juga harus diimbangi dengan pemenuhan nilai kerohaniannya, agar dalam proses menjalani kehidupannya, tidak terjadi hal-hal yang penulis singgung diatas. Seperti banyak anak yang cerdas lagi pintar namun kurang baik dalam bertingkah laku dan bertutur kata. Bahkan jika dilihat dari firman Allah di atas terkait derajat seseorang itu, maka urutan masalah keimanan letaknya di awal baru disebut kemudian ilmu pengetahuan.

Memang sebagai orangtua sudah pasti akan ada rasa khawatir terhadap anak keturunannya ketika sepeninggalan mereka. Namun sebagai orang tua yang telah melewati beberapa generasi dan telah memiliki berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman itu, seharusnya lebih melek atas apa yang mereka khawatirkan terhadap anak itu bukan pada ekonominya tetapi pada nilai keimanannya. Allah SWT berfirman:

Artinya: dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. (QS. An-Nisa: 9)

Dari ayat di atas hendaknya kita tidak sebatas hanya membaca, dan mendengarkannya saja atau hanya sampai mengetahui tanpa pengamalan. Yang dimaksud dari ayat di atas adalah, tidaklah pantas jika kita hanya khawatir tentang kesejahteraan masa depan mereka, padahal mereka dan kita semua telah di jaminNya. Namun lebih tepatnya sebagai orang tua seharusnya lebih khawatir terhadap keadaan keiman anak kita ketika sepeningalan orang tua mereka (wafat)

Pertanggungjawaban

Maka sudah sepatutnya diri sebagai orang tua selalu dekat kepada Allah SWT untuk lebih amanah dalam menunaikan kewajiban kita sebagai orang tua mereka, sebab diri kita yang berstatus sebagai orang tua ini adalah seorang pemimpin yang diberikan amanah yang akan dimintai pertanggung jawaban. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW bersabda:

Artinya: Dari Ibnu Umar RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: "Setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah pemimpin atas rakyatnya dan akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin atas anggota keluarganya dan akan ditanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang istri adalah pemimpin atas rumah tangga dan anak-anaknya dan akan ditanya perihal tanggung jawabnya. Seorang pembantu rumah tangga adalah bertugas memelihara barang milik majikannya dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya atas pertanggungjawabannya." (HR Muslim).

    Selain dari pada itu Nabi Muhammad juga menegaskan bahwa bagi seorang yang tidak bertanggung jawab atas apa yang pimpin ia adalah termasuk seorang yang berdosa. Sebagaimana hadits nabi berikut. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda,

"Cukuplah seseorang dikatakan berdosa ketika dia menelantarkan asuhannya" (HR. Abu Dawud )

    Asuhan yang dimaksud adalah semua apa yang menjadi tanggung jawab sebagai orangtua terhadap anaknya, bahkan dirinya saja sebagai orangtua tidak luput dari hisapNya.

    Anak merupakan buah permata begi kedua orangtua, bahkan tak jarang anak dicerminkan pada orangtuanya, orangtua akan begitu bangganya ketika anaknya dinilai baik oleh orang yang dikaitkan pada dirinya, begitupun sebaliknya orangtua akan kecewa jika kejelekan yang ada pada anaknya jika dikaitkan dengannya. Hanya orangtua yang bijak dapat menerima penilaian negatif orang lain atas sikap buruk anaknya itu, penilaian itu akan dijadikan motivasi dalam mendidik dan memberikan nilai-nilai kebaikan baik nilai yang bersifat ilmu pengetahuan maupun nilai-nilai yang bersifat spritual. Wa, Allahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun