M. Quraish Shihab pakar tafsir Indonesia berpendapat bahwa "anak itu adalah sebuah anugrah, sebab tidak semua orang dengan muda mendapatkan anak".
Pentingnya Ilmu Pengetahuan dan Nilai Ketauhidan Bagi Anak
Salah satu bentuk syukur orang tua kepada Allah atas anugrah anak yang telah kita terima ini, adalah memiliharanya dengan sebaik mungkin. Seperti memperhatikan pendidikan dan masa depan mereka. Jangan sampai kita sebagai orang tua justru meninggalkan anak keturunan yang lemah dan tidak berkualitas baik dari segi kecerdesan ilmu pengetahuan juga kerohaniannya.
Bagi ilmu pengetahuannya, dalam menuntut ilmu memang tidak mesti terpaku di bangku sekolah saja, semua orang dan setiap anak dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan media seperti buku, koran, mengikuti pengajian dan masih banyak lagi cara dan waktu yang lebih pleksibel seperti memanfaatkan media online yang saat ini telah jauh berkembang, tentu dengan memilih sumber yang akurat serta bimbingan orangtua. Maka tidak alasan bagi siapapun yang ingin betul-betul belajar dan mendalami ilmu pengetahuannya.
Selain menuntut ilmu adalah kewajiban bagi seorang muslim seperti bunyi hadits nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah "menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim," namun juga merupakan pembeda diantara mereka yang berilmu dan yang tidak berilmu, sebagaimana bunyi ayat al-Qur'an pada surah Az-Zumar ayat 9 berikut ini, "Katakanlah, 'tidak mungkin disamakan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu."Â hal ini dibuktikan dengan firman Allah lainya bahwa "Allah akan mengangkat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat," (QS. Al-Mujadilah:11)
Adapun bagi kerohanian dirinya tentang ketauhidan akan keesaan Allah SWT. Juga sangat penting bagi spritualitas anak. Lagipula dalam pemenuhan yang zhahir juga harus diimbangi dengan pemenuhan nilai kerohaniannya, agar dalam proses menjalani kehidupannya, tidak terjadi hal-hal yang penulis singgung diatas. Seperti banyak anak yang cerdas lagi pintar namun kurang baik dalam bertingkah laku dan bertutur kata. Bahkan jika dilihat dari firman Allah di atas terkait derajat seseorang itu, maka urutan masalah keimanan letaknya di awal baru disebut kemudian ilmu pengetahuan.
Memang sebagai orangtua sudah pasti akan ada rasa khawatir terhadap anak keturunannya ketika sepeninggalan mereka. Namun sebagai orang tua yang telah melewati beberapa generasi dan telah memiliki berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman itu, seharusnya lebih melek atas apa yang mereka khawatirkan terhadap anak itu bukan pada ekonominya tetapi pada nilai keimanannya. Allah SWT berfirman:
Artinya:Â dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar. (QS. An-Nisa: 9)
Dari ayat di atas hendaknya kita tidak sebatas hanya membaca, dan mendengarkannya saja atau hanya sampai mengetahui tanpa pengamalan. Yang dimaksud dari ayat di atas adalah, tidaklah pantas jika kita hanya khawatir tentang kesejahteraan masa depan mereka, padahal mereka dan kita semua telah di jaminNya. Namun lebih tepatnya sebagai orang tua seharusnya lebih khawatir terhadap keadaan keiman anak kita ketika sepeningalan orang tua mereka (wafat)
Pertanggungjawaban
Maka sudah sepatutnya diri sebagai orang tua selalu dekat kepada Allah SWT untuk lebih amanah dalam menunaikan kewajiban kita sebagai orang tua mereka, sebab diri kita yang berstatus sebagai orang tua ini adalah seorang pemimpin yang diberikan amanah yang akan dimintai pertanggung jawaban. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW bersabda: