Mohon tunggu...
Junaidi Husin
Junaidi Husin Mohon Tunggu... Guru - Aku menulis karena aku tidak pandai dalam menulis. Juned

Gagasan seorang penulis adalah hal-hal yang menjadi kepeduliannya. John Garder

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kecanggihan Teknologi dan Degradasi Moral

19 November 2023   11:33 Diperbarui: 12 Februari 2024   14:28 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitupun pernikahan dengan saudara kandung terus terjadi, dan jika bosan dengan pasangan sebelumnya, tidak sedikit menikah lagi dengan saudara kandung lainnya. Tidak sampai disitu, dengan kondisi seperti ini kelahiran anak perempuan dianggap sebuah aib bagi keluarga bangsawan, sehingga bayi perempuan yang baru lahir harus dibunuh dengan cara dikubur hidup-hidup. Nauzubillahi min zalik. 

Kemudian setelah kehadiran Islam yang penuh rahmat. Dengan diutusnya Nabi Muhammad SAW membawa misi menyempurnakan akhlak, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. Nabi bersabda "tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak," (HR. Baihaqi). Singkatnya, perempuan mulai diangkat derajatnya dan dimuliakan serta mempunyai "kedudukan" yang sama dengan laki-laki.

Selain hadits di atas, tidak sedikit juga hadits Nabi Muhammad SAW. yang berbicara terkait dengan perempuan. Seperti kemuliaan memiliki keturunan anak perempuan, dan surga dijanjikan bagi orang tua yang dapat menjaga dan mendidik mereka. Bahkan sampai-sampai Allah SWT. mengabadikan perempuan dalam al-Qur'an dengan (surah an-Nisa') yang berarti perempuan. Tidak hanya sampai disitu di Indonesia pun, perempuan mendapatkan perhatian khusus dan dilindungi melalui Komnas Perempuan.

Berkaca dari sejarah kelam tersebut, hendaknya dapat memberikan tidak hanya sekedar menambah wawasan saja, namun sebagaimana maksud dari sebuah kisah atau peristiwa, (pesan) itu dapat tersampaikan dan menjadi pedoman serta alarm (pengingat) sehingga dapat membatasi gerak diri. 

Memang kemunduran akhlak pada masa ini tidak sama persis dengan zaman jahiliyah seperti penulis gambarkan di atas. Namun perlu diketahui bersama, kemunduran akhlak pada waktu itu bisa jadi karna kebodohan mereka dan ketidaktahuannya. Buktinya mereka tidak bisa baca tulis dan tidak mengerti dengan norma. Anehnya di kehidupan kita sekarang malah sebaliknya.

Penulis ingin hadirkan sebuah contoh walaupun tidak sama persis peristiwanya, namun sedikit mendekati dalam hal kurangnya pengetahuan (bodoh) dan semoga saja lebih mudah untuk dipahami. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama masyarakat pedalaman (primitif), perhatikanlah bagaimana mereka berpakaian, apalagi terkait pengetahuan baca tulis dan norma-norma.

Sekali lagi walaupun tidak sama persis dan sedikit berbeda peristiwa dahulu dengan sekarang akan degradasi moral itu. Faktanya tetap saja wanitalah banyak dirugikan. Sekalipun kemaksiatan itu tidak separah di zaman dahulu. Namun jangan dianggap remeh-temeh kelakuan anak kita yang di luar batas kewajaran norma dan agama ini.

Karena jika perbuatan yang tidak baik itu terus dilakukan secara terus-menurus. Khawatir akan menjadi suatu kebiasaan yang akan menggiring pengguna menganggap perbuatan itu suatu hal yang biasa-biasa saja. Pada akhirnya mereka akan menduga-duga perbuatan itu tidaklah salah untuk dilakukan.

Hendaknya, pengguna dapat lebih bijak dan bermanfaat dalam mengunakan teknologi ini. Banyak hal yang dapat dimuat dan dishare asalkan tidak merugikan diri sendiri. Tidak sedikit penulis menemukan video yang berisikan shalawat, edukasi pendidikan dan menarik lainnya. Itu artinya untuk mendapatkan like sebuah konten tidak mesti mengunggah yang berisikan tontonan yang mengumbar aurat.

Untuk itu transformasi teknologi ini perluh diimbangi dengan keimanan, serta yang paling penting bimbingan orang tua harus lebih dimasifkan. Tentu, jangan terlalu bebas melepas dan tidak juga mengekang keras. Pentingnya peran orang tua ini telah digambarkan pada hadits Nabi, yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA. "Setiap manusia dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi," (HR. Muslim).

Itu artinya orang tua punya andil dan tanggung jawab penuh dalam memberikan perhatian pada anak-anaknya. Untuk mendukung hal ini penulis perlu menambahkan, sebagaimana Menurut Cahyadi Takariawan yang penulis kutip dari (Kompasiana 2018), ada delapan pendidikan bagi anak di era digital. Namun penulis akan tuangkan satu saja dari ke-delapan pedoman tersebut yakni "menanamkan nilai."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun