Gunung awu merupakan salahsatu gunung yang masih aktif terletak di utara nusantara atau di utara sulawesi tepatnya di atas (arah barat) kampung beha atau dibelakang kota tahuna (arah timur) di kepulauan sangihe.
Seperti halnya gunung yang lain bahan material gunung awu adalah batu. Hanya saja bentuknya yang mungkin unik karena menyerupai stadiun sepak bola.
Gunung awu adalah gunung tertinggi dan terbesar di pulau sangihe. Pulau sangihe terkenal memiliki banyak kekayaan budaya, salahsatunya terkait dengan gunung awu seperti kisah mitologi gunung awu, biasa kami sebut dalam bahasa lokal dengan istilah 'bekeng ansuang'.
Dalam 'Bekeng Ansuang', Gunung awu adalah kuburan seseorang setengah manusia setengah monster (raksasa) yang jahat. Ansuang adalah sosok yang digambarkan sebagai manusia raksasa yang berperilaku jahat karena pemakan manusia lain (kanibalisme).
Ansuang mati terkubur setelah kalah dalam pertarungan dengan dua pemuda hebat. Â kalau tidak salah, bernama panggaihya dan panggilawa.
Panggahia dan panggilawa adalah dua orang pemuda tangguh yang berupaya menyelamatkan adiknya yang sengsara karena menjadi salahsatu tawanan atau bahan makanan dari raksasa ansuang.
Awal kisahnya. Saat panggahiya, panggilawa dan orangtuanya pergi ke hutan mencari bahan panganan, umbi-umbian dan kayu bakar, adiknya ditinggalkan digubuk kecil yang merupakan rumah tempat tinggal mereka.
Disisi lain. Didalam istananya ansuang sedang tidak tenang. Ia dalam keadaan ganas dan buas. Datanglah ansuang mencari mangsanya.
Makanan ansuang adalah manusia. Lantas datanglah dia ke perkampungan dan menemukan seorang anak sendirian di gubuk rumahnya, yang itu adalah adik panggahiya dan panggilawa.
Oleh ansuang dibawalah adik panggahiya dan panggilawa itu ke istana tempat tinggal ansuang untuk dijadikan bahan panganan makan malamnya.
Setelah sore saat kembali dari hutan, panggahiya dan panggilawa sangat cemas karena melihat adiknya tidak ada digubuk mereka. Keduanya pun pergi keliling perkampungan dan tak menemukan adiknya disana.