Berikut uraian 10 berkah utama nomor 2-4:
Mangala Sutta syair Kedua
"Hidup di tempat tinggal yang sesuai,
memiliki timbunan kebajikan (karma baik) dari masa lampau,
membimbing diri dengan baik.
Itulah berkah utama."
Kenapa hidup di tempat tinggal yang sesuai adalah berkah utama?
Apakah kamu pernah merasakan tinggal di kosan yang dengan kamar mandi di luar? Tetapi kamu bahagia karena masih memiliki banyak tabungan.
Apakah kamu pernah merasakan tinggal di kontrakan tiga petak? Sudah mahal, listrik naik, gaji sedikit pula. Menderita juga kan?
Apakah kamu pernah merasa bahagia tinggal di rumah besar, gaji banyak, tetapi setiap hari masalah datang bertubi-tubi
Apakah kamu pernah merasa bahagia tinggal di rumah kecil, tapi tetangganya baik dan suka memberi?
Jadi, kalau kita dapat hidup di tempat yang sesuai dan menimbulkan kebahagiaan untuk kita, itulah berkah utama. Terkadang, berkah itu tidak terlihat besar tetapi membahagiakan.
MAngala Sutta syair Ketiga
"Berpengetahuan luas, memiliki keterampilan,
berperilaku baik,
bertutur kata baik.
Itulah berkah utama."
A: 'Kamu kuliah sampai S2 ya? Sudah ke mana saja?'
B: 'Oh, aku kuliah online kok. Cuma di rumah aja. Nggak pernah ke mana-mana juga. Ngerjain tugas nanya Chatgpt juga. Selain itu ya cuma makan tidur.'
A: 'Eh, kok gitu?'
***
A: 'Kamu kuliah seni kan? Sudah bisa apa saja?'
B: 'Bisa bolos. Seringnya nitip absen sih. Kalau ada praktik nari atau menyanyi, aku minta kembaranku untuk melakukannya.'
A: 'Bisa gitu ya?'
***
A: 'Kamu kan nggak cuma lulusan SD. Kok kamu bisa bikin video baca paritta sebagus ini sih?'
B: 'Iya. Aku cuma belajar otodidak aja. Dengerin orang baca paritta dari youtube. Terus belajar cara bikin video dari youtube juga. Gampang ya.'
A: 'Lho, kamu kok terampil dan berpengetahuan ya!'
Jadi, bagaimana? Punya teman yang berpengetahuan dan terampil dapat memotivasi kita untuk menjadi lebih baik bukan?
Mangala Sutta syair Keempat
"Membantu Ayah dan Ibu,
menyokong anak dan istri,
Bekerja dengan semangat.
Itulah berkah utama."
Ada sebuah cerita seorang pria yang menikahi seorang wanita. Pria itu snagat mencintai istrinya. Saking cintanya pria itu kepada istrinya, seluruh penghasilannya diberikan kepada Ibunya. Pria itu takut wanita yang dicintainya menguras hartanya lalu pergi meninggalkannya.
Lho, kok gitu? Kok aneh?
Saya mendengar dari berbagai orang dan juga video dari media sosial, bahwa seorang pria yang sudah menikah telah lepas dari keluarga. Lepas yang dimaksud adalah hidup mandiri. Ketika pria itu sudah mandiri dengan istrinya, maka segala hal yang dilakukan juga didiskusikan bersama. Semua hal baik dan buruk juga dibicarakan bersama. Namun, ketika seorang pria tidak percaya kepada istrinya, maka cinta istrinya perlahan luntur. Seorang pria yang dicintai justru tidak mempercainya.
Bagaimana ini? Bukankah seorang pria yang sudah mandiri dan menikah harus menyokong anak dan istrinya. Kalau istrinya dibiarkan mencari pekerjaan dan menyokong dirinya sendiri, lantas untuk apa pria itu menikahinya? Kecuali keduanya sama-sama bekerja untuk mencukupi kebutuhan bersama ataupun karena kesepakatan masing-masing.
Siapapun yang telah menikah masih boleh membantu ayah dan ibu. Namun, harus menyokong keluarga intinya, yaitu pasangan dan anak. Ketika bekerja pun harus penuh semangat, rajin, sungguh-sungguh, dan tidak menyerah.
Itulah berkah utama. Di mana kebahagiaan akan tercipta ketika kita bekerja keras dan senang membantu ayah & ibu serta menyokong pasangan dan anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H