Berikut narasi dari Mangala Sutta atau Sutta tentang Berkah yang telah saya ubah menjadi kalimat sendiri. Narasi di bawah ini diambil dari Paritta Suci yang diterbitkan oleh Yayasan Sangha Theravada Indonesa.
Demikianlah telah kudengar:
Suatu hari Sang Bhagav sedang berada di sebuah Vihara milik seorang saudagar bernama Anthapiika di Jetavana (hutan Jeta) dekat kota Svatth.
Kemudian Dewa datang dengan tubuh bercahaya cemerlang sehingga menerangi seluruh hutan Jeta. Dewa tersebut kemudian menghormat Sang Bhagav dengan bersikap anjali kemudian berdiri di salah satu sisi dengan mengucapkan kalimat berikut:
"Banyak Dewa dan manusia yang ingin bahagia. Mereka memperdebatkan persoalan tentang berkah yang membawa pada keselamatan. Mohon jelaskan tentang berkah utama itu, Bhagava!"
Kemudian Sang Bhagav mengatakan syair berikut:
"Tidak bergaul dengan orang dungu (tidak bijaksana),
bergaul dengan orang bijaksana,
menghormati yang patut dihormati.
Itulah berkah utama.Â
Alasan tidak boleh bergaul dengan orang dungu
"Nak, jangan main sama anak itu ya. Dia tidak baik. Dia suka mukul teman-temannya. Dia juga suka berbicara kotor atau yang tidak baik!"
Pernahkah kita mendengar nasihat tersebut?
Pasti kita pernah dinasihati oleh orang tua untuk berhati-hati dalam memilih teman. Namun, apakah kita mendengarkan nasihat orang tua kita? Atau jangan-jangan malah kita sendiri yang merasa tertantang 'bagaimana ya kalau temanku jahat semua?'
Sebelum melangkah jauh mari kita cermati sebuah nasihat dari orang tua yang mengarahkan kita supaya memperoleh teman yang baik.
Apabila kita hidup di lingkungan teman yang baik kita akan menjadi ikut baik. Apabila kita berteman dengan teman-teman yang suka berdana, maka kita akan menjadi senang berdana juga.Â
Namun, bagaimana kalau kita berteman dengan teman yang jahat? Ya secara tidak langsung kita akan terhasut dengan perbuatannya yang tidak baik.
'Ah tidak mungkin aku menjadi jahat, aku bisa mengendalikan diri kok!'
Eistttt. Tunggu dulu! Apakah kita yakin dengan kalimat tersebut? Coba kita lihat hal-hal buruk yang sebenarnya tidak kita sadari.
Sebagai contoh slot (judi online). Suatu hari kamu bertemu si A yang gemar berjudi online. Mungkin kamu tidak akan terhasut olehnya ketika diajak bermain game judi online. Namun saat di kantor ada teman kamu si C, D, dan E yang juga bermain game judi online. Wah mulai dag dig dug nih jantung kamu. Sebenarnya diri kamu menolak game itu, tapi kok penasaran juga ya?
Selama perjalanan pulang dari kantor ke rumah kamu berpikir tentang game judi online. Ketika sampai dekat rumah, teman kamu si A berkata "aku dapat lima juta lho dari slot. Kamu nggak tertarik nih?". Lalu kamu berkata, "ah, enggak. Ngapai main bergituan!"
Namun...
Sesampainya di rumah kamu berpikir "wah si A dapat 5 juta dalam sehari, lah aku gaji aja di bawah UMR. Mana harus bayar cicilan motor pula. Gimana ya. Apa aku main slot aja ya? Siapa tahu aku beruntung!"
Keesokan harinya kamu masuk kantor dan bertanya kepada si C tentang cara bermain slot. Setelah si C menjelaskan, kamu langsung bermain dan kamu langsung memperoleh 3 juta saat permainan pertama. Lalu keserakahan kamu muncul dan muncul lagi ingin melipatgandakan uang yang sudah diperoleh. Dan hasilnya adalahhhh kamu GAGAL! Kamu sedih dan dalam hati berkata "andai aku tidak menggunakan uang tabunganku untuk bermain slot, pasti sekarang aku masih bisa bayar cicilan motor."
Tuh kan benar, kamu bisa saja terjebak dalam hal-hal buruk ketika kepercayaan diri kamu mulai menurun dan diiringi dengan hasutan-hasutan orang lain. Oleh karena itu, Buddha sudah mengajarkan kita untuk hati-hati dalam berteman.Â
Ketika kita berhati-hati dalam bergaul maka diri kita menjadi aman, termasuk dompet pun aman. Jadi, kita masih bisa berdana tanpa rasa penyesalan.
Alasan harus bergaul dengan orang bijaksana
Bijaksana saya artikan sebagai kita dapat mengetahui mana yang baik dan buruk. Lantas, kenapa Buddha mengajarkan kita untuk bergaul dengan orang bijaksana?
Kalau kita bergaul dengan teman-teman yang senang bermain game judi online, sama saja kita berteman dengan manusia yang tidak bijak. Kenapa demikian?
Saya pernah diceritakan oleh tetangga bahwa anaknya sekarang suka main game online. Katanya uang gajian selama sebulan habis. Sedangkan menantu perempuannya bercerita sambil menangis karena tidak punya uang untuk kebutuhan sehari-hari.
Ketika bergaul dengan orang-orang yang tidak bijak, kita bisa menjadi manusia yang tidak bijak. Kita hanya akan mementingkan kesenangan diri sendiri tanpa memperhitungkan apakah tindakan yang dilakukan itu bermanfaat atau tidak.
Kalau sudah begitu bagaimana coba? Ya kalau orang susah kecanduan susah kalau orang lain yang mengobati. Oleh sebab itu harus dari dirinya sendiri yang berkeinginan untuk berubah.
Begitulah kurang lebih alasan mengapa kita harus berteman dengan orang-orang yang bijaksana. Apakah kamu mau berteman dengan orang yang tidak bijaksana?
Alasan harus menghormati orang-orang yang patut dihormati
Siapa saja orang-orang yang patut dihormati? Mereka adalah orang tua, Buddha, para bhikkhu, para pemuka agama, dan orang yang lebih tua dari kita. Kalau presidennya lebih muda dari kita bagaimana? Ya hormati saja, toh kedudukannya lebih tinggi dari kita.
Namun, menghormati kadang bukan karena dia lebih tua atau dia lebih muda, tetapi menghormati atas apa yang telah dilakukan.
Misalnya menghormati orang tua. Hormat kepada orang tua bukan semata-mata karena mereka lebih tua, lebih tepatnya karena mereka telah memperjuangkan kehidupan kita. Tapi kan mama sering marah-marah? Ya itu karena kamu tidak menjemur handuk basah, malah kamu simpan di bawah tempat tidur, ya siapa yang tidak marah?
Ibu telah memperjuangkan kita selama sembilan bulan di dalam perut kemudian melahirkan kita. Bahkan ibu yang menyuapi dan menceboki kita. Bahkan ayah rela bekerja keras supaya kita bisa sekolah tinggi. Lantas, alasan apa lagi yang membuat kita tidak bisa menghormati mereka?
Ketika orang tua telah memperjuangkan hidupnya untuk kita, lantas Buddha juga memperjuangkan hidupnya untuk menemukan obat penderitaan bagi semua makhluk. Bahkan Buddha Gotama juga rela dicaci maki oleh sepupunya sendiri yaitu Devadattha. Lah, kenapa kita disuruh ke Vihara seminggu sekali saja masih susah?
Ketika Buddha sudah menemukan obat penderitaan dalam ajarannya yaitu Dhamma dan para bhikkhu yang hingga kini mengajarkan ajaran Buddha dengan sukarela. Namun kamu malah tidak mau hormat kepada mereka dan berkata "ah Bhante itu galak!" Galak mana Bhante sama mama kamu?
Jadi, itulah sekilas penjelasan tentang Berkah Utama, tentang alasan mengapa kita harus mencari teman yang baik dan juga menghormati orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H