Mohon tunggu...
Juna Hemadevi
Juna Hemadevi Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Seorang manusia yang masih terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pikiran Liar Perlu Dikendalikan

25 Juni 2024   12:19 Diperbarui: 25 Juni 2024   12:24 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam agama Buddha terdapat syair dalam Dhammapada yang membahas tentang pikiran adalah pelopor. Benar, semuanya tindakan dan ucapan kita bergantung terhadap pikiran. Pikiran bilang lapar maka mulut kita mengunyah makanan. Pikiran bilang berdana, maka tangan kita memberikan makanan kepada orang lain.

Apabila membahas tentang pikiran, saya merasa banyak hal yang seharusnya tidak perlu dipikirkan. Kenapa demikian?

Semuanya bermula di siang ini. Saya membaca sebuah buku yang berisi tentang kebencian. Lantas saya menjadi teringat akan perkataan seseorang "saya melihat pemuka agama itu memiliki masa lalu yang buruk" dan "saya melihat pemuka agama itu berasal dari orang yang tidak baik".

Dua kalimat itu saya renungkan dengan baik dan saya memperoleh sebuah jawaban. 

Jawabannya adalah "mengapa kita terlalu memikirkan bahwa pemuka agama itu memiliki masa lalu yang buruk atau tidak?" 

Tentunya itu bukan sebuah jawaban, justru sebuah pertanyaan terhadap dua pernyataan sebelumnya. Apabila direnungkan kembali ya memang kenapa kalau ada orang yang memiliki masa lalu buruk? Bukankah setiap orang berhak untuk memperbaiki kehidupannya? Bukankah setiap orang berhak untuk mengubah perilakunya dari buruk menjadi baik? Bukankah setiap orang berhak untuk dipercaya kembali?

Lagi-lagi, pikiran kita terkadang terlalu liar dan jauh menilai seseorang. Apakah menjadi masalah ketika seseorang yang memiliki masa lalu buruk kemudian menjadi pemuka agama, seperti bhikkhu misalnya? Yang justru menjadi masalah adalah persepsi dan argumen kita bahwa sebenarnya kita tidak mudah percaya kepada orang yang berkali-kali berbuat buruk. Yang justru juga menjadi masalah adalah ketika bhikkhu itu menyesatkan orang untuk berbuat jahat, kalau bhikkhu itu mengarahkan kita pada kebaikan tentu bukan masalah toh?

Pikiran liar ini perlu dikendalikan. Jangan sampai membikin banyak persepsi baru yang ujung-ujungnya membuat diri sendiri susah. Biarlah orang yang buruk menjadi baik dan jangan biarkan diri sendiri yang sudah baik justru menjadi buruk karena mencemooh orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun