Dia sangat cantik, aku memanggilnya bunga
Ku berharap ia selalu ada
Tapi ia berkata tidak bisa
Katanya, ia akan layu pada masanya
Dia begitu segar, buah namanya
Ku berharap ia selalu ada
Tapi masih saja tidak bisa
Katanya, ia akan membusuk pada waktunya
Dia begitu wangi, aku menamainya dupa
Ku berharap ia selalu ada
Tapi juga tidak bisa
Katanya, ia akan habis saat masanya
Dia bisa menerangi, kupanggil pelita
Ku harap ia selalu ada
Tapi juga tidak bisa
Katanya, ia mati saat waktunya
Dia menyegarkan, aku panggil air
Ku harap ia selalu hadir
Tapi dia juga harus berakhir
Katanya, harus diganti secara bergilir
Mengapa tidak ada yang bisa selalu ada?
Apakah aku terlalu buruk untuk mereka?
Ataukah jumlah mereka terlalu sedikit?
Tidak...
Tidak ada yang bisa selalu ada
Tidak ada yang bisa selalu hadir
Cobalah berpikir
Memang semua ini akan berakhir
Yang tanpa akhir adalah akhir itu sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H