Sayangi organ vitalmu, dengan memperbanyak asupan emosi positif--kebahagiaan, sebelum emosi negatif merenggut mereka. Kita bisa meredakan bahkan menghilangkan emosi negatif dengan meditasi.Â
Yesa ca susamraddh, nicca kyagat sati, akiccam te na sevanti. Kicce staccakrino, satna sampajnna, attha gacchanti sav.Â
Mereka yang selalu giat melatih perenungan terhadap badan jasmani, tidak melakukan apa yang seharusnya tak dilakukan, dan selalu melakukan apa yang seharusnya dilakukan, maka kekotoran-kekotoran batin akan lenyap dari diri mereka yang memiliki kesadaran dan pengertian terang seperti itu. (Dhammapada, Syair 293)
Seperti yang tertulis dalam syair Dhammapada tersebut. Kita sebaiknya dapat mengendalikan diri terutama saat emosi negatif muncul. Berdasar pengalaman penulis, meditasi menjadi salah satu cara untuk mengendalikan emosi negatif yang hadir.
Meditasi adalah salah satu cara mengendalikan emosi negatifÂ
Dalam meditasi kita merenungkan tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam batin. Ada rasa marah, kecewa, sedih, khawatir, takut, bahkan stres, sadari saja. Buatlah analisis tentang penyebab munculnya emosi negatif itu, bisa saja karena masalah yang belum selesai dan sangat mengganggu.
Analisislah juga dampak pada dirimu dan orang lain saat kita meluapkan emosi negatif dengan kata kasar bahkan menyakiti orang lain. Renungkan baik-baik penyebab dan dampak emosi negatifmu. Renungkan apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan. Dengan pemahaman ini, niscaya emosi negatif bisa luntur dan menghilang.
Meditasi menjadi salah satu cara kita mengolah emosi. Karena dalam hidup cerdas secara intelektual saja tidak cukup. Kita juga harus cerdas secara emosional agar bisa hidup sehat dan bahagia.Â
Pengalaman pribadi
Seperti saya yang menerapkan meditasi ketika amarah dan perasaan kecewa akan masa lalu juga muncul. Saya duduk bersila sambil mengamati napas masuk-keluar dan menganalisis penyebab amarah dan emosi muncul.
Dalam analisis itu saya memikirkan apa yang akan terjadi ketika saya meluapkan emosi negatif dengan kata-kata kasar, pasti tidak mengenakkan. Jadi ya sudahlah, tidak mengapa, ini saatnya tidak memberi jalan atas emosi negatif yang ingin menguasai diri.
Tidak ada untungnya marah-marah, tidak ada untungnya mengungkit masa lalu yang tidak akan kembali lagi. Setelah analisis panjang dalam meditasi, saya tarik dan hembus napas tiga kali sebelum membuka mata. Setelah mata terbuka, saya menyadari bahwa pikiran menjadi lebih segar dan emosi negatif sudah tiada.Â
Mengolah kecerdasan emosi
Kita perlu mengolah kecerdasan emosi supaya emosi negatif bisa dikikis bahkan dihilangkan. Kalau ingat zaman sekolah dulu sering ada tes IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Intelligence), dan SQ (Social Intelligence) untuk menentukan kita mau masuk jurusan mana. Sehingga kecerdasan yang paling menentukan untuk kita masuk salah satu jurusan adalah IQ.
Tapi kita sering lupa, bahwa cerdas secara intelektual saja tidak cukup untuk menjalani kehidupan. Kita tidak mungkin marah-marah tidak jelas hanya karena keinginan tidak dituruti. Karena itu pentingnya memiliki EQ atau kecerdasan secara emosi supaya kita dapat mengolah emosi agar hidup sehat dan bahagia.
Jadi...
Satu lagi yang perlu kita ingat, bahwa segala sesuatu yang kita hadapi di kehidupan ini tidak datang secara tiba-tiba, tapi itu adalah akibat dari karma yang kita lakukan saat ini dan kehidupan lampau. Karena itu, perbanyak kebaikan dan atasi emosi negatif yang hadir dengan mengolah serta menerimanya. Sehingga kita hidup sehat dan bahagia saat ini dan juga menjadi tabungan karma baik untuk kehidupan mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H