Disakiti menjadi alasan kedua seseorang menjadi mudah marah. Rasa sakit biasanya muncul saat kita menjadi hubungan asmara. Tidak menutup kemungkinan juga rasa sakit terjadi dalam hubungan pertemanan, bahkan keduanya.Â
Misal saya menjalin hubungan asmara dengan seseorang, tapi pasangan justru sering selingkuh. Otomatis saya akan menjadi kecewa dan marah atas perlakuannya. Bisa juga saya marah karena teman yang saya percaya justru menjadi pembohong ulung selama ini.
Alasan ketiga kemarahan seseorang adalah karena diperlakukan tidak adil. Misal orang tua yang berlaku tidak adil terhadap dua orang anak akan membuat salah satu anak menjadi marah.
Saat orang tua memiliki dua anak dan hanya lebih sayang terhadap anak yang kecil dan justru mengabaikan anak yang lebih besar, maka akan muncul perasaan kecewa dalam hati anak yang lebih besar dan ia akan menyimpan kemarahan terhadap orang tuanya. Biasanya kemarahan anak saat usia belia akan terbawa hingga dewasa.
Sebenarnya masih banyak situasi dan kondisi negatif yang bisa membuat seseorang marah. Bolehlah para pembaca sekalian dapat menuliskannya di kolom komentar ya :).
Namun, sebenarnya orang-orang yang hobinya marah justru harus didekati dan dikasihi. Mengapa demikian?
Kemarahan Harus Dikasihani & Dipeluk
Orang yang sedang marah tidak melulu harus dijauhi, justru harus dipeluk dan dikasihani. Bisa saja bos kita senang marah-marah tidak jelas karena ia pelupa, ia kurang bisa mengatur strategi sehingga kita yang jadi sasaran empuk kemarahannya.
Bisa saja teman yang senang banting pintu adalah karena dampak orang tua yang tidak peduli dengannya. Karena itu ia harus kita rangkul. Jangan sampai kebiasaan senang membanting pintu terbawa sampai ia tua.
Bisa saja teman yang sedang marah terus-menerus mengeluarkan kata-kata kasar terhadap orang yang menyakitinya. Jangan jauhi dia, tapi rangkullah. Ajak untuk nonton film dan melakukan hal-hal yang disukai agar ia perlahan melupakan hal-hal negatif yang mengganggunya.
Tapi, memeluk orang-orang yang hobinya marah memang tidak mudah. Justru ini adalah tantangan bagi kita. Jangan sampai banyak orang menjadi lemah tidak bisa mengendalikan diri hanya karena emosi yang menyelimuti pikirannya.Â