Bagi kita yang tinggal di pedesaan dengan jumlah lahan yang masih luas bisa saja kita menanam sayur dan buah dalam jumlah yang banyak. Tapi, coba bayangkan bagi kita yang hidup di kota, kalau tidak punya halaman yang luas, mana bisa mau tanam sayur dan buah. Bisa saja dengan menerapkan tanam sayur dengan hidroponik, tapi hanya beberapa jenis sayur saja yang bisa ditanam. Karena keterbatasan kemampuan kita dalam bertani di kota, maka kita membutuhkan pasokan sayur dan buah dari pedesaan ataupun dari daerah lain.Â
Seorang manusia butuh manusia lainnya
Dalam hal transportasi kita juga masih bergantung dengan manusia lainnya. Kita ingin memiliki motor dan mobil agar lebih mudah saat bepergian, boleh saja sih, asal tidak membuat macet saja. Motor dan mobil yang kita miliki ini juga berkat perusahaan otomotif yang didirikan oleh orang lain. Perusahaan tersebut juga tidak bisa membuat kendaraan hanya sendirian, jadi mereka merekrut karyawan sesuai bagian produksi.
Kalau kita tidak ingin memiliki motor atau mobil, kita masih bisa menggunakan transportasi umum untuk bepergian seperti ojek, angkutan umum, bus, kereta, pesawat, ataupun kapal. Jadi, mau bepergian dengan kendaraan pribadi atau umum pun kita masih bergantung dengan manusia lainnya. Jadi, jangan sombong juga saat punya mobil baru, kalau tidak ada perusahaan yang memproduksi mobil tersebut, kita juga tidak bisa memilikinya.
Kita sebagai seorang Buddhis pun pasti membutuhkan orang lain untuk belajar Dharma, seperti biksu maupun Guru kita yang lainnya. Kalau tidak ada mereka yang lebih paham tentang Dharma, bagaimana kita mau mempelajarinya? Kita tidak mungkin berandai-andai tentang seperti apakah itu Dharma. Jadi kita perlu berkunjung ke Dharma Center atau tempat yang lain untuk belajar Dharma dengan biksu atau sekadar berbincang-bincang dengan teman.
Selain sebagai manusia yang tidak bisa berdiri sendiri, dalam beberapa kondisi kita juga manja dan rapuh. Saat terlalu panas atau terlalu dingin kita sering mengeluh dan berusaha memastikan agar tubuh kita tetap pada suhu yang normal. Padahal kita juga tidak bisa menyuruh alam untuk terus menerus teduh menuruti kondisi kita.
Bisa saja kita dengan sikap manja untuk menyewa pawang hujan supaya di wilayah kita tidak hujan, tapi apakah kemampuan dari sang pawang bisa bertahan lama? Tidak juga, kalau alam sudah berkehendak, kita bisa apa? Yang penting mempersiapkan diri saja supaya jasmani kita tidak kepanasan atau kedinginan dan jangan mengeluh kalau cuaca sering berubah-ubah. Karena secara umum segala hal yang diminta oleh jasmani kita langsung menurutinya. Dalam kondisi lain seperti saat duduk lalu kesemutan kita juga berusaha untuk memindahkan atau menggeser posisi kaki agar kesemutan itu hilang. Bila kita renungi, sebenarnya jasmani ini adalah Tuan kita, yang setiap permintaannya harus dituruti.
Di saat rasa manja mulai bangkit, di sana ada kerapuhan menyelimuti, kita hanya bisa memenuhi keinginan duniawi supaya jasmani kita merasa nyaman dan keinginan kita terpenuhi. Seperti saat cuaca dingin melanda, rasa pusing melanda kepala dan hidung jadi meler, untuk mengatasi itu kita lebih senang memanjakan diri untuk berendam air panas, menggunakan sweater berbulu domba, ataupun tidur dan semua itu kita juga bergantung pada orang lain.
Ada yang membuat dan menjual sweater jadi kita bisa memakai sweater, ada yang membuat alat pemanas air jadi kita bisa berendam di air panas. Saat kita mau tidur pun harus bergantung pada orang lain, seperti selimut, ranjang, kasur, bantal, dan guling, kalau tidak ada pabrik yang membuat mereka, kita tidak bisa tidur dengan nyaman dan nyenyak.
Dalam beberapa contoh di atas, kita memang bergantung pada orang lain. Tapi ada baiknya bila kita sebagai seorang Buddhis juga bisa melakukan hal-hal sederhana tanpa bergantung pada orang lain, seperti menjahit kain yang robek, berbelanja ke pasar dengan berjalan kaki, mencuci kendaraan sendiri, dan berbahagia tanpa harus bergantung pada orang lain. Atau bahkan lebih baik bila kita bisa membantu orang lain, daripada kita yang bergantung pada orang lain.
Misal kita memberi tumpangan pada orang lain saat akan bepergian. Tapi kita juga harus bijak saat memberi tumpangan, jangan sampai kita memberi tumpangan secara gratis tapi lama kelamaan kita menjadi bosan. Setidaknya ada interval waktu untuk memberi tumpangan, tidak setiap hari juga orang-orang itu membutuhkan tumpangan kita.