Walaupun kita sudah melakukan model PTM terbatas tetapi juga masih dikolaborasi dengan model PJJ. Opsi model PTM terbatas sebagai bentuk adaptasi dan inovasi pembelajaran di era pandemi Covid-19, untuk menuju PTM tidak  terbatas.
Dalam dunia pendidikan juga perlu adaptasi terkait budaya atau perilaku hdup bersih dan sehat, karena pada akhirnya nanti kita harus hidup bersama Covid-19.Â
Oleh karena perlu merubah mindset bahwa memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan menguangi moilitas menjadi tradisi/budaya baru di era pandemi Covid-19.Â
Kemudian  ditambah dalam dunia pendidikan harus preventif Covid-19 dengan vaksinasi dua kali dan megkonsumsi obat Covid-19 jika kita terkonfirmasi Covid-19.
Pada akhirnya nanti, kita sudah terbiasa di tengah-tengah Covid-19 sebagaimana penyakit-penyakit lainnya, seperti demam berdarah, tuberkolusis, hepatitis, campak, polio, tetanus, miningitis, pneumonia, difteri, pertusis  dan lain sebagainya yang semuanya kita dapatkan ketika kita masih bayi sudah preventif melalui program imunisasi wajib lengkap. Bukan mustahil pula jika nantinya imunisasi Covid-19 menjadi menu wajib imunisasi ketika kita masih balita.
Sebagai kalimat penutup, PTM terbatas lebih baik daripada tidak sama sekali, PTM terbatas dengan kolaborasi PJJ tidak mengapa, daripada full PJJ. Harapannya setelah kita berhasil melakukan PTM terbatas maka lompatan menuju PTM tak terbatas semakin dekat dan semakin mudah, karena kita sudah melalui proses uji coba dengan adaptasi dan inovasi.
(JUNAEDI SE, Tim Media Sanggar Inovasi Desa)